Deklarasi Madura, Muhaimin Iskandar: Sudah Saatnya Kader NU Jadi Presiden

Sebarkan:

Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar. (foto/ist)
PAMEKASAN - Dukungan kepada Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) untuk maju sebagai calon presiden (capres) terus berdatangan. 

Deklarasi dukungan dilakukan para ulama dan tokoh masyarakat di seluruh Madura. Di antaranya dukungan dari Komunitas Blater (Jawara) Madura dan juga para ulama, gus dan lora yang tergabung dalam Gerakan Nahdliyin Bersatu. Dalam dua hari terakhir, deklarasi dukungan berlangsung di Bangkalan, Sumenep, Pamekasan dan Sampang.

Dalam kunjungannya ke Madura, Gus Muhaimin juga mendatangi sejumlah pesantren dan kiai di antaranya Silaturahim dengan KH Mohammad Faisol Anwar Bangkalan, KH Zubair Muntashor, KH Fakhri Ashol, KH Karror Ashol, KH Misbahul Munir, KH Rofi’i Baidhowi, KH Mugsid Idris, KH Syarifudin Abdul Wahid.

Nama lainnya Wakil Rois Syuriah PCNU Bangkalan KH Abdul Hanan Nawawi, Wakil Rois Syuriah PCNU Bangkalan KH Muhamad Rowi, Katib PCNU Bangkalan KH Muhamamd Toyyib Fawwas, Pengasuh Ponpes Nurul Karomah KH Abdul Fatah. 

Juga, Wakil Rois Syuriah PCNU Sampang KH. Mujahidin Abdur Rozak, Wakil Rois Syuriah PCNU Sampang KH. Mahmud Khuzaini, Anggota PCNU Sampang  KH. Idris Abdur Rozaq, Wakil Ketua PCNU Sampang KH Faidhol Mubarok; KH. Abdus Syakur Mahfudz, Wakil Ketua PCNU Sampang dan Ustadz Mas’udi Kholili: Wakil Ketua PCNU Sampang, serta sejumlah kiai lain di Madura.

Gus Muhaimin mengatakan bahwa dukungan yang mengalir deras untuk mendukung langkahnya maju sebagai capres bisa menambah semangatnya untuk melanjutkan perjuangan politik yang sedang dijalani menuju Pilpres 2024.

Dikatakan Muhaimin, saat ini PKB memiliki modal dasar 10% suara nasional atau sekitar 13 juta suara. Dengan dukungan dari para ulama dan berbagai kalangan lain, dia optimistis bisa meyakinkan partai lain untuk bersama-sama menyatukan langkah dan tekad menuju Pilpres 2024.

Menurutnya, kekuatan sebenarnya di belakang langkahnya maju sebagai capres adalah dukungan dari para ulama, kiai, Nahdlatul Ulama dan juga pesantren yang luar biasa. 

"Potensi umat, potensi masyarakat, potensi organisasi dan potensi pesantren bukan hanya potret keagaamaan yang kuat, tapi juga kekuatan kunci politik nasional sejak era kemerdekaan. Dan siapa yang pegang kunci Jawa Timur ini dia yang akan menang jadi Presiden," tuturnya saat Deklarasi Dukungan Para Kiai yang tergabung dalam Gerakan Nahdliyin Bersatu di Pondok Pesantren Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan, Jumat kemarin.

Dikatakan Gus Muhaimin, pada Pilpres 2019, terbukti Jatim yang mayoritas adalah pemilih PKB, pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin yang didukung PKB menang di Jatim dan akhirnya menjadi Presiden. 

"Pertanyaannya apakah kita akan terus jadi kunci kemenangan atau kita punya cita-cita memegang kunci kemenangan? Saatnya kita memegang kunci, mewarnai dan menentukan Indonesia 2024," tuturnya.

Menurutnya, munculnya Gerakan Nahdliyin Bersatu salah satu tujuannya adalah menyatukan kekuatan suara Nahdliyin untuk merealisasikan mimpi menjadikan kader terbaik NU menjadi Presiden. 

"Gus-gus, para kiai muda bertekad dan memerintahkan saya untuk menjadi Presiden, permintaan yang sama persis seperti disampaikan para kiai sepuh seperti Mbah Dimyati Rois. Saatnya kita bergerak menguatkan barisan untuk tidak hanya jadi pelengkap, tapi penentu jalannya pemerintahan dan kekuasaan," tuturnya.

Gus Muhaimin mengatakan, bergulirnya kegiatan deklarasi dukungan dimana-mana, menujukkan betapa solid dan besarnya cita-cita Nahdliyin untuk memiliki kader sebagai Presiden. 

"Mari kita ulangi sejarah bersama nahdliyin untuk bersama-sama menata bangsa. Ini kekuatan riil nahdliyin dan nahdliyat yang kita miliki. Semoga kita bisa meyakinkan partai-partai lain karena kita dapat dukungan nahdliyin bersatu," tuturnya.

Menurutnya, NU dan PKB memiliki beberapa modal pokok. Pertama, sejarah politik kebangsaan NU yang dipelopori KH Hasyim Asy'ari memiliki kaidah yang lengkap bukan saja mengelola rakyat dan masyarakat, tapi juga kebangsaaan.

Modal kedua, NU, kiai, pesantren dan PKB memiliki perangkat, doktrin, ajaran dan teori untuk mengelola negara dan bangsa. 

Sambung Muhaimin, tujuan berbangsa dan bernegara, indikator  keberhasilan negara apabila rakyat bahagia, bukan hanya pembangunan gedung ataupun infrastruktur fisik semata. "Pembangunan bukan hanya berorientasi indikator statistik semata, tapi ukuran kebahagiaan ini penting," urainya.

Kedua adalah kesejahteraan yang di dalamnya kemakmuran, pertumbuhan ekonomi, penghasilan, kebutuhan pokok yang terpenuhi dan harga-harga yang terjangkau. "Insyaallah NU lengkap untuk menata bangsa ini sehingga kita percaya diri. Insyallah di masa yanvg akan datang Indonesia di tangan NU dan PKB," tuturnya.

Menurutnya, kekuatan keagamaan dan kekuatan ahlussunnahwaljamaah  adalah penopang pokok yang dahsyat bagi keberhasilan pembangunan. (red/mm)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com