Bangga Akan Rupiah, BI Sibolga Training Guru-Guru di Sidimpuan dan Tapsel

Sebarkan:
Pemateri dari BI Sibolga Saddam Husein Pasaribu memberikan pemaparan ToT di Hotel Mega Pertama Sidimpuan. (foto:mm/jhonny simatupang)
PADANGSIDEMPUAN (MM) - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sibolga kembali menggelar Training of Trainers (ToT) Cinta Bangga Paham Rupiah (CBPR). 

Kegiatan kali ini menyasar Kepala Sekolah (Kasek) dan guru-guru SMA dan SMK se-wilayah Kota Padangsidempuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara (Sumut). 

Kegiatannya dilaksanakan di Ballroom Hotel Mega Permata Kota Padangsidempuan, Senin (13/3/2023), dihadiri dan dibuka langsung oleh Wali Kota Padangsidempuan, Irsan Efendi Nasution.

Turut serta Kepala KPw BI Sibolga, Yuliansah Andrias, dan Kepala Unit Data Statistik dan Kehumasan, Muhammad Fajar Andrianto serta Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Sumatera Utara diwakili Kepala Seksi (Kasi) SMK Cabang Disdik Wilayah XI Sumut, Albeni Hevy Damanik.

Trainer of Trainers (ToT) dengan narasumber/pemateri Assisten Penyelia Perkasan KPw BI Sibolga, Saddam Hussein Pasaribu ini, mengangkat tema "Trainers CBP Rupiah Untuk Masa Depan". 

Kepala KPw BI Sibolga, Yuliansah Andrias, dalam sambutannya berharap besar kepada para guru se Kota Padangsidempuan dan Tapsel dapat menjadi trainers dan membuat para siswa/i di sekolah masing-masing memiliki rasa bangga, paham, dan cinta akan rupiah. 

Yuliansyah tidak mau kasus Pulau Sepadan dan Ligitan di Kalimantan Utara yang lepas dari Indonesia terulang karena penggunaan mata uang ringgit Malaysia di kedua pulau itu.

"Itulah dasar kegiatan ini, di mana BI merasa sudah waktunya melangkah lebih jauh untuk mengedukasi masyarakat bagaimana sebenarnya kebanggaan terhadap rupiah perlu ditumbuh kembangkan," ujar Yuliansyah. 

BI, ungkap Yuliansyah, senantiasa mendorong masyarakat untuk memiliki rasa kebanggaan terhadap rupiah, sehingga masyarakat dapat memperlakukan uang rupiah dengan baik. Selain untuk menghindari dampak kerugian di masyarakat, juga untuk menghindari dampak negatif bagi perekonomian.

"Bagaimana misalnya, kalau di perekonomian itu lebih banyak uang palsu beredar, ini akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat menggunakan uang. Maka itu, salah satu upaya yang dilakukan BI juga adalah terus-menerus menjaga kualitas uang di masyarakat," imbuh Yuliansyah.

Wali Kota Padangsidimpuan, Irsan Efendy yang mengapresiasi kegiatan BI Sibolga tersebut, mengaku dirinya baru tahu kalau Pulau Sepadan dan Ligitan di Kalimantan Utara lepas dari Indonesia karena rupiah yang tidak beredar di sana. 

Dia pun lantas meminta sekaligus berharap kepada para guru SMA dan SMK se-wilayah Kota Padangsidempuan dan Tapsel agar menggelorakan semangat cinta bangga paham rupiah ini di sekolah-sekolah.

Dia juga meminta kepada BI Sibolga agar melaksanakan kegiatan yang sama kepada anak-anak di tingkat SD dan SMP se Kota Padangsidempuan dan berharap Kota Padangsidempuan ke depannya dapat menjadi pilot project semangat nasionalisme terhadap rupiah.

“Semangat dan rasa nasionalisme ini harus turunkan oleh guru kepada anak-anak kita sebagai pemilik masa depan," tukas Irsan. 

Kasi SMK Cabdis Pendidikan Wilayah 11 Sumut, Albeny Hevi Damanik, mewakili Kadisdik Sumut, sebelumnya juga menyampaikan hal yang sama. 

Albeny juga berharap kepada para Kepala Sekolah (Kasek) dan guru-guru SMA dan SMK se-wilayah Kota Padangsidempuan dan Tapsel dapat mengimplementasikan hasil dari Training of Trainers CBPR BI Sibolga kepada seluruh anak didik di sekolah masing-masing.

Dalam Training of Trainers (ToT) tersebut, Saddam Hussein Pasaribu sebagai pemateri pada kesempatan itu, menyampaikan mengenai gambaran peran rupiah sebagai identitas dan simbol bangsa, serta fungsi rupiah secara luas dalam perekonomian yang pelaksanaannya diatur sesuai Undang-Undang (UU) No 7 Tahun 2011 tentang kedudukan rupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah dalam perekonomian nasional.

"Cinta kepada rupiah bisa dimulai dari mengenal, merawat, dan menjaga uang rupiah. Cinta rupiah merupakan perwujudan dari kemampuan untuk mengenal karakteristik dan desain rupiah, memperlakukan rupiah secara tepat, dan menjaga diri dari uang palsu," katanya.

Sebelumnya, edukasi pengenalan ciri dan keaslian uang rupiah dilakukan dengan metode dilihat, diraba, diterawang (3D). Sekarang, edukasi dilakukan dengan metode Cinta, Bangga, Paham dan Rupiah (CBPR).

Metode CBPR merupakan tahap kedua, bagaimana mengedukasi masyarakat tidak hanya mengenali ciri-ciri keaslian rupiah, tapi juga menimbulkan kebanggaan dan juga pemahaman yang baik atas peranan uang rupiah dalam perekonomian nasional. (jhonny simatupang)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com