TAPUT (MM) - Kapolres Tapanuli Utara AKBP Ernis Sitinjak diminta segera menangkap pelaku dugaan penyebaran foto - foto hoaks asusila Satika Simamora di Kecamatan Sipahutar Kebupaten Tapanuli Utara yang diduga dilakukan oleh TN dan TS .
Hal ini dikatakan Ketua DPW Sumut Koalisi Nasional Perempuan Republik Indonesia (KNPRI) Murika Ningsih didampingi Horas Nababan Pemerhati Ibu dan Anak di Tapanuli Utara, saat memberikan keterangan Persnya Kamis (7/11/2024) di Tarutung.
Ditambahkannya, kenapa disaat ada seorang wanita yang ingin berusaha memperbaiki daerahnya dengan mencalonkan sebagai Bupati Tapanuli Utara, masih ada orang yang berupaya untuk menjatuhkan atau melecehkan harkat dan martabat seorang wanita dengan menyebarkan foto - foto asusila kepada masyarakat.
Gimana apabila foto - foto ini dilihat oleh anak anak, akan berdampak kepada dan dapat merusak mental dan spiritual anak anak tersebut, dan gimana pula jika hal ini terjadi kepada diri kita, orang tua kita atau terjadi pada diri kita sendiri dan terjadi kepada orang tua ,atau kepada adik perempuan kita," terang Murika.
Tokoh Peduli Perempuan yang akrab dipanggil Rika ini juga menambahkan, melihat apa yang diduga dilakukan oleh TN dan BS ini dengan melakukan pengeditan gambar dan video asusila ini dirinya merasa terpanggil untuk menyuarakan suara perempuan yang saat ini merasa ditindas dan dilecehkan untuk itu sebelumnya pada hari Rabu (6/11/2024) dirinya bersama sekitar 1200 orang melakukan aksi Demo di depan Polres Tapanuli Utara.
Menurut mereka, Kapolres Tapanuli Utara (Taput), AKBP Ernis Sitinjak dan jajarannya diduga tidak profesional dalam menangani aduan masyarakat, salah satunya soal dugaan penyebaran foto-foto hoaks asusila terhadap tokoh masyarakat Taput Satika Simamora.
Demo di Polres Taput
"Kami hadir dalam aksi hari ini, tepatnya di depan kantor Polres Taput ingin menyampaikan beberapa tuntutan. Salah satunya penyebaran foto-foto hoaks asusila terhadap Bunda Satika Simamora yang disebarkan di Kecamatan Sipahutar, tangkap dan segera adili pelakunya," kata Murika Ningsih dalam orasinya.
Pengaduan masyarakat atas konten hoaks asusila terhadap Satika Simamora ini, kata Murika, sudah dilayangkan ke Polres Taput pada 1 Oktober lalu, namun hingga kini kasus dimaksud belum ditangani dengan serius. Ia membandingkan dengan laporan atau dumas dari lawan politik Satika Simamora, yang baru masuk sekitar enam hari sudah ditangkap empat orang terduga pelaku, dan satu diantaranya dilepaskan karena tidak terbukti melakukan pengeroyokan.
"Maka dari itu kami merasa terpanggil sebagai sesama perempuan, sebagai seorang ibu, bahwa apa yang dilakukan pelaku terhadap Bunda Satika Simamora adalah tindakan yang sangat keji, sangat tidak bermoral dan bisa merusak mental generasi muda di bumi Taput ini," terangnya.
Kabupaten Taput yang dikenal dengan wisata rohani dan pusat HKBP di Sumut, menurut Murika Ningsih, tidak pantas untuk dikotori dengan perilaku-perilaku tidak terpuji seperti penyebaran konten hoaks asusila. Terlebih dalam musim Pilkada serentak saat ini, janganlah sampai merusak kerukunan dan keharmonisan masyarakat di bumi Taput.
"Untuk itu kami ingin mendengar langsung jawaban dari Kapolres Taput atas kasus ini, sudah sampai di mana komitmen penanganan dan penyelidikan yang dilakukan oleh jajarannya. Kalau memang tidak mampu menangkap siapa pelaku penyebaran konten tersebut, biar kami yang nanti membawakan pelakunya ke Polres Taput ini," katanya.
KNPRI Sumut pada kesempatan itu turut menyampaikan beberapa poin tuntutan antara lain meminta Polres Taput menjaga netralitas selama tahapan Pilkada serentak ini, tegakkan supremasi hukum dan keberpihakan pada korban, hapuskan segala bentuk ketidakadilan, penindasan dan intimidasi perempuan akibat sistem yang patriarkis, stop kriminalisasi terhadap kepala desa dan camat selama proses pesta demokrasi ini, hingga berantas gembong narkoba dan peredaran barang haram tersebut sampai ke akar-akarnya.
"Perempuan juga manusia yang patut dihargai dan dihormati. Kami perempuan butuh perlindungan bukan kecaman. Yang melahirkan peradaban tidak pantas dilecehkan. Untuk itu sekali lagi, demi menjaga kondusifitas di bumi Taput, kami meminta Polres Taput tangkap TN dan BS terduga menyebarkan konten hoaks asusila terhadap Satika Simamora," kata Murika.
Selain Murika, beberapa orator menyampaikan orasi secara bergiliran dengan tuntutan seperti yang mereka dengungkan sejak mulai bergerak dari Tugu Lonceng Kota Tarutung, sebagai titik kumpul massa sejak pukul 09.45 WIB.
Sekitar satu jam berorasi, Kasatreskrim Polres Taput Iptu Arifin Purba, hadir menemui massa aksi dari kaum perempuan itu. Dikatakannya bahwa Kapolres Ernis Sitinjak sedang berada di Jakarta untuk mengikuti agenda presiden. Ia lantas mempersilahkan 10 perwakilan dari massa aksi untuk masuk ke ruangan aula, guna menjawab tuntutan mereka.
"Kami tadi sudah jelaskan terkait perkembangan perkara yang sedang kami tangani dan ibu-ibu suarakan hari ini, untuk perkara (penyebaran konten hoaks) ini kami tindaklanjuti dan kami prioritaskan," kata Arifin Purba.
Lebih jelasnya lagi, imbuh dia, bisa ditanyakan ke tim hukum pemenangan Satika-Sarlandy yang ikut dalam mediasi antara pihaknya dan massa aksi.
"Untuk lebih lanjutnya lagi, ibu-ibu dan kakak-kakak saya, lebih pas nanti akan dijelaskan oleh Kak Rosdiana selaku kuasa hukum," ujarnya.
Massa aksi sebelumnya berkumpul dan melakukan long march dari Tugu Lonceng Kota Tarutung menuju Mapolres Taput dengan memakai perangkat sound system, tanda pengenal berupa pita putih, serta puluhan spanduk dan poster yang berisikan tuntutan atas aksi mereka.
Sembari menunggu perwakilan keluar dari kantor Polres, mereka bernyanyi dan berjoget ria dengan diiringi musik-musik perjuangan terhadap kaum perempuan dan penindasan. Sekitar dua jam lebih melakukan aksi damai tersebut, seribuan massa akhirnya membubarkan diri secara tertib dan teratur.
Merasa Terpanggil
Sementara itu, Pemerhati Ibu dan Anak di Tapanuli Utara Horas Nababan merasa terpanggil melihat situasi yang berkembang di Tapanuli Utara, menjelang Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Tapanuli Utara, apalagi Horas Nababan mendengar dan melihat aksi demo kemarin (Rabu/Red) di Mapolres Tapanuli Utara.
Dirinya melihat aksi Demo emak - emak tersebut di Mapolres Taput yang menuntut agar pelaku penyebaran foto - foto hoaks asusila Satika Simamora segera ditangkap oleh pihak Polres Taput.
Ditambahkannya, dirinya yang lahir dari rahim seorang wanita merasa terpanggil dan sangat menyesalkan perbuatan yang tidak menyenangkan yang diduga dilakukan oleh dua orang pria di Kecamatan Sipahutar Kebupaten Tapanuli Utara terhadap Bunda Satika Simamora, untuk itu dirinya berharap agar Kapolres Tapanuli Utara AKBP Ernis Sitinjak agar segera menangkap pelakunya pintanya.
Minta Dibebaskan
Sementara itu, salah satu anak dari tersangka JS yang dipersangkakan Polres Taput, Cindy Boru Sinaga (25) tahun mengatakan, bahwa ayahnya tidak bersalah dalam kasus dugaan pengeroyokan di Simangumban beberapa hari lalu, dan dirinya mengatakan bahwa ayahnya tidak bersalah dalam Kasus tersebut, karena ayahnya tidak ada melakukan pemukulan terhadap pelapor,.untuk itu dirinya meminta kepada Kapolres agar ayahnya dibebaskan.
Karena akibat penahanan yang dilakukan oleh pihak Polres Taput terhadap ayahnya, mereka sekarang kehilangan ayahnya yang merupakan tulang punggung keluarga yang selama ini menafkahi keluarga mereka dan selama ayahnya ditahan oleh Polres Taput ibunya saat ini menderita sakit.
"Anak kedua dari empat bersaudara ini sambil terisak menyampaikan agar pihak Polres Taput segera membebaskan bapak kami, karena bapak kami tidak bersalah, dan meminta kepada Kapolres Taput, Kapolda Sumut serta Kapolri memberikan keadilan, karena bapak kami tidak ada melakukan pemukulan terhadap pelapor," terangnya.(RZ/MM)