TOBA (MM) - Naiknya permukaan air Danau Toba menuai beberapa tanggapan dari masyarakat di sekitaran danau. Dimana akibat dari naiknya permukaan air menyebabkan pelaku wisata yang ada di pinggiran danau mengalami kerugian.
Akibat keluhan dari masyarakat, khususnya di Kabupaten Toba mendapat tanggapan dari Persatuan Marga Narasaon. Karena di wilayah Toba mayoritas yang terdampak dari naiknya air danau keturunan Narasaon yang terdiri dari empat marga, Sitorus, Manurung, Sirait dan Butarbutar.
Maka untuk mencari solusi atas keluhan masyarakat, pengurus Narasaon se dunia yang dipimpin langsung oleh Ketua Narasaon, Rajamin Sirait mengunjungi Inalum yang mengatur keluarnya air Danau Toba.
Rajamin mempertanyakan, bagaimana peran dari Inalum sendiri sebagai pemilik bendungan pembangkit listrik dalam mengontrol air Danau Toba sehingga naik dan merendam usaha masyarakat.
"Tidak bisakah pintu bendungan dibuka sedikit, sehingga debit kenaikan air danau bisa dikurangi, sehingga tidak berdampak terhadap pelaku usaha di tepi danau," ujar Rajamin, Jumat (16/5/2025).
Lanjut Rajamin, lantas bagaimana regulasi ketinggian maksimal dari permukaan air Danau Toba. Apakah ada ambang batas ketentuan yang ditetapkan dan siapa yang menetapkannya apakah ketentuan dari ambang batas ada aturan dari pemerintah atau dari pihak Inalum sendiri.
"Ini sangat penting dijelaskan aturan ambang batas permukaan air danau dan apa penyebab naiknya permukaan danau. Apakah ada unsur kesengajaan, karena kami bukan ahlinya," katanya bertanya.
Atas pertanyaan yang disampaikan persatuan Narasaon se dunia pihak Inalum sudah diatur oleh satu regulasi yang ditetapkan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatra II, bahwa level yang sangat urgen dimana permukaan air Danau Toba sudah berada diatas 905 diatas permukaan laut.
VP operasi PLTA Inalum, Nando Purba mengatakan keberlangsungan Danau Toba Inalum sangat peduli. Menjaga konservasi danau tetap stabil, jika permukaan naik kami atur agar tidak banjir di hulu dan di hilir, yang menjadi tujuan utama.
Selain juga Inalum memiliki departemen khusus untuk penghijauan. Sejak tiga tahun terakhir menanam pohon-pohon seperti di Samosir dengan lahan kritis (gundul) serta di sekitaran Danau Toba.
"Nah terkait level air danau naik disebabkan oleh siklus air. Sejak tahun tahun 1976 siklus naiknya permukaan air ada tujuh kali, mencapai titik puncak 905. Semoga di tahun 2025 tidak sampai di titik tersebut," kata Nando.
Dijelaskannya, level tertinggi naiknya permukaan danau terjadi pada tahun 1976, 1982, 2013 dan ini masuk 2025 semoga tidak sampai di titik 905 dan hingga kini masih 904 bahkan mulai menurun.
"Sementara musim kering terparah juga pernah terjadi dan surutnya air danau di tahun 1998, 2016 dan kemungkinan diprediksi 2034, karena siklusnya per 20 tahun akan turun drastis," tuturnya menjelaskan.
Nando menerangkan, apabila air danau terus mengalami kenaikan melebihi ambang batas diatas 905 mau tidak mau tanpa diperintah Inalum akan buang air karena sudah melebihi regulasi yang ditentukan BBWS Sumatra II.
"Jika tidak dilakukan maka Inalum melanggar SOP dan ditegur pihak audit dari SGS. Tetapi saat ini masih di level 904 dan masih diambang normal sesuai regulasi," katanya.
Dari hasil audiensi antara pihak Narasaon dan Inalum diketahui bahwa bangunan yang berada di pinggir pantai sudah memasuki batas sepadan danau maka apabila permukaan air naik sudah pasti akan tergenang. Kondisi naiknya air danau dipengaruhi kondisi cuaca curah hujan yang cukup tinggi.(ac)