![]() |
| Tarian Huda-Huda Simalungun Pukau Ribuan Warga Asahan. (foto/ist) |
RIBUAN masyarakat yang memadati panggung utama Pagelaran Seni Budaya Daerah (PSBD) ke-VI di Kisaran, terpukau menyaksikan penampilan kesenian mendalam dari etnis Simalungun pada Minggu (5/10/2025) malam.
Daya tarik utama malam itu adalah penampilan Tari Huda-Huda atau Toping-toping, salah satu warisan kesenian yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Panitia etnis Simalungun turut memaparkan kisah di balik tarian tersebut. Alkisah, tarian ini bermula pada zaman dahulu, saat seorang permaisuri dirundung kesedihan mendalam atas kematian anak tunggalnya, bahkan sampai menolak jenazah anaknya dimakamkan. Masyarakat kemudian berusaha menghibur permaisuri tersebut dengan menciptakan satu tarian unik sebagai hiburan.
Tarian ini menampilkan penari dengan topeng dan kostum menyerupai burung enggang (huda-huda) untuk membimbing roh, serta topeng lainnya untuk menghibur si permaisuri.
Penari akan memperlihatkan gerakan yang secara perlahan menghibur sang ibu hingga ia mulai melupakan kesedihannya atas kematian anaknya. Ritual ini berakhir ketika jenazah akhirnya diantar untuk dimakamkan.
Setelah tarian usai, sang ibu menyadari kenyataan anaknya telah tiada dan raja membujuknya menerima keadaan tersebut. Filosofi utama tarian Huda-Huda ini mengajarkan nilai bahwa orang yang berduka pun dapat merasakan kebahagiaan lagi. Sarmedi Purba, Pimpinan Pusat Pemangku Adat dan Cendikiawan Simalungun, memberikan apresiasi sekaligus terkesan.
“Kami masyarakat adat Simalungun merasa terkesan dan memberikan apresiasi sebesarnya kepada Pemkab Asahan atas pagelaran ini. Ini jadi momentum dan panggung berharga bagi kami memperkenalkan kembali kekayaan budaya, adat dan kesenian dari Simalungun bagi masyarakat di Asahan,” ujarnya.
Dia berharap PSBD terus dilanjutkan agar generasi muda semakin mengenal budaya lokal, sebab “Budaya sangat penting, karena merupakan landasan dari sebuah peradaban.”
Sebagai penutup pertunjukan, pemangku adat Simalungun juga menyerahkan seserahan adat Dayok Nabidatur berupa makanan ayam yang disusun secara teratur dan menyerupai bentuk aslinya. Dayok Nabidatur, yang berarti "ayam yang teratur", adalah simbol harapan, kasih sayang, dan pesan-pesan luhur yang diserahkan kepada Wakil Bupati Asahan, Rianto, sebagai perwakilan Pemkab.(ismanto panjaitan)


