![]() |
Sejumlah wisatawan menikmati hidangan kuliner di aliran sungai. (foto:mm/nimrot) |
BEBERAPA tahun terakhir destinasi wisata di sejumlah daerah berkembang pesat bak jamur di musim penghujan. Namun sayang, belum dibarengi keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung pengunjung. Untuk itu, perhatian pemerintah daerah dituntut peduli.
Salah satu contohnya objek wisata Cafe Binanga, di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Destinasi wisata ini berada dekat permukaan sungai. Hanya saja, hingga kini pengelola belum juga menyediakan pendeteksi banjir yang bisa dipantau para pengunjungnya.
Cafe Binanga menjual konsep kuliner cukup menarik. Para pencinta kuliner, duduk santai menikmati hidangan dan minuman berselonjor di atas kursi yang di susun rapi di tengah aliran sungai. Konsep ini menjadi pilihan wisatawan lokal maupun luar daerah, baik Kota Pematang Siantar, Tapanuli Utara, Tebing Tinggi, Asahan, Batu Bara dan kota Medan.
“Konsepnya unik dan menarik, makanya kami datang kemarin,” ujar seorang wisatawan asal Tebing Tinggi, Ita kepada medanmerdeka.com, Jumat (19/5/2023).
Namun begitu, Ita dan keluarganya tetap waspada jika sewaktu-waktu air turun kenjang dan banjir. "Seharusnya pihak pengelola membuat alat pendeteksi banjir di hulu sungai, apabila banjir terjadi setiap pengunjung dengan sigap menyelamatkan diri, " harap Ika.
Menanggapi hal ini pihak pengelola, Marandus Sirait membenarkan saran dari pengunjung, fasilitas tersebut memang sudah terpikirkan sejak mendirikan lokasi wisata tersebut. Namun karena kondisi finansial yang tidak memungkinkan hal tersebut urung dilakukan.
"Kita berharap perhatian dari Pemerintah Kabupaten Toba, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberikan fasilitas alat pendeteksi banjir. Mengingat kondisi modal usaha yang sangat terbatas, " harap Marandus.
Sementara itu, Kabid Destinasi dan Industri Pariwisata Toba, Alonso Manik sangat mendukung kreativitas masyarakat dalam menciptakan lokasi obyek wisata untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat dari sektor pariwisata di kabupaten ini. Selain anggaran yang terbatas kita juga perlu melakukan penelitian dalam menggelontorkan anggaran.
"Jangan nantinya anggaran yang dikucurkan tidak sesuai dengan hasil yang di dapat masyarakat. Kita harus lihat lebih dulu berapa ratus pelaku usaha yang ada di sana, sebab untuk biaya pendeteksi banjir tidak sedikit biaya yang digelontorkan. Jadi harus sesuai dana yang dihabiskan dengan keuntungan yang didapat masyarakat, " tegas Alonso.
Sambungnya, untuk menggunakan anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Toba tidak sembarangan perlu pertanggungjawaban yang pasti, seperti halnya ijin mendirikan cafe tersebut sudah adakah dari pihak instansi terkait. Jangan nantinya setelah djanggarkan timbul masalah ke depannya.
"Kendati demikian, hal ini akan tetap jadi pertimbangan untuk pembahasan kepada pimpinan untuk diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Toba untuk mencapai solusi, apakah memungkinkan untuk dilaksanakan, " pungkas Alonso. (Nimrot Acon Sirait)