Assoc Prof. Dr. KRT. H. Hardi Mulyono Surbakti. (foto/ist) |
Hardi Mulyono juga menolak Keputusan DPP Partai Golkar yang mencalonkan Bobby Nasution sebagai Bakal Calon Gubsu (Bacagubsu) pada Pilgubsu 27 November 2024.
“Keputusan DPP Golkar telah melecehkan kerja keras seluruh kader Golkar Sumut di dalam membesarkan partai Golkar, terutama menjadi pemenang pada Pileg 2024 lalu,” tegas Hardi Mulyono.
Penegasan tersebut disampaikan mantan Sekretaris Dewan Pertimbangan DPD Golkar Sumut tersebut, menanggapi Keputusan DPP Partai Golkar yang memberikan dukungan sebagai Bacagubsu kepada Bobby Nasution, pada 19 Juni lalu.
Sebagaimana diketahui, beberapa bulan lalu Ketua DPP Partai Golkar Airlangga Hartanto telah menerbitkan rekomendasi sebagai Bacagubsu kepada Ketua DPD Golkar Sumut Musa Rajeckshah (Ijeck) dan M. Bobby Nasution.
Tidak lama kemudian, Bobby Nasution mendaftar menjadi anggota Partai Gerindra dan mendapat dukungan Gerindra sebagai Bacagubsu. Namun, pada akhirnya DPP Golkar memutuskan ikut mendukung Bobby Nasution sebagai Bacagubsu.
“Sikap DPP Golkar tersebut jelas sebuah pelecehan, tidak saja kepada Ijeck yang telah berhasil membawa Partai Golkar sebagai pemenang pada Pileg 2024, tetapi juga pelecehan terhadap seluruh kader Golkar Sumut yang telah bersama-sama berjuang membesarkan Partai Golkar Sumatera Utara,” tegas Hardi Mulyono, mantan Rektor UMN Al-Washliyah Medan tersebut.
Kekecewaan para kader Golkar Sumut, kata Hardi, semakin membesar karena hasil survei yang konon menjadi rujukan Keputusan DPP Golkar tersebut tidak pernah diberitahu kepada para kadernya.
“Kita tidak tau, bagaimana sih bentuk survei yang dilakukan itu, bagaimana hasil survei sesungguhnya,” geram Hardi Mulyono, yang juga mantan anggota DPRD Medan dan DPRD Sumut itu.
Politisi sarat pengalaman tersebut merasa sangat heran, kenapa DPP Partai Golkar tidak mendukung kader terbaiknya sendiri. Padahal, Golkar Sumut adalah partai pemenang pada Pileg 2024.
“Jelas sekali, DPP Partai Golkar telah melecehkan dan bertindak semena-mena, yang mungkin saja dikarenakan sarat dengan kepentingan tertentu”.
Terkait Keputusan DPP Partai Golkar tersebut, Assoc Prof. DR. KRT. Hardi Mulyono, MAP., tegas menolak Keputusan tersebut. Hardi pun sedang mempertimbangkan keluar dari keanggotaan Partai Golkar. “Kalau kader yang lain, saya tidak tau persis apakah mereka akan menolak atau diam saja karena jadi kader penakut,” ujarnya.
Hardi menyebutkan, sesungguhnya akan lebih elegan dan terlihat fair jika DPP Partai Golkar tetap mengusung Musa Rajeckshah sebagai Bacagubsu, untuk bertarung dengan Bobby Nasution di Pilgubsu 2024. Tokh Bobby Nasution sendiri, sudah didukung oleh Gerindra, Demokrat dan PAN.
Hardi mendesak Ketum DPP Partai Golkar Airlangga Hartanto, jika tidak bisa membatalkan pencalonan Bobby Nasution karena alasan subjektifnya sendiri, Airlangga Hartanto harus memperjuangkan posisi jabatan yang lebih tinggi kepada Ketua DPD Golkar Sumut Musa Rajeckshah, mengingat kerja keras dan pengorbanannya untuk memenangkan Partai Golkar di Sumut. “Jika tidak, berarti benarlah Airlangga Hartanto itu pemimpin yang tak bisa dipercaya,” tegas Hardi Mulyono. (ch)