KARO (MM) - Setiap bulan Juli, warga Desa Tanjung Pulo, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara menggelar acara bertajuk Pesta Kerja Tahun atau yang juga dikenal sebagai Pesta Merdang Merdem.
Pesta Kerja Tahun merupakan bentuk ucapan syukur masyarakat Karo yang berdomisili di Desa Tanjung Pulo, untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas hasil panen yang didapatkan dalam setahun.
Bagi masyarakat Karo, Pesta Kerja Tahun atau Merdang Merdem merupakan tradisi tahunan yang sangat dinantikan.
Pada Pesta Kerja Tahun biasanya setiap anggota keluarga yang sedang rantau biasanya pulang kampung untuk berkumpul dengan anggota keluarga.
Meski dilakukan setiap desa di Kabupaten Karo, tetapi tanggal acara ini bisa saja berbeda di setiap daerahnya. Acara ini diselenggarakan sesuai dengan hari baik yang dipercaya daerah masing-masing.
Pesta Kerja Tahun, dulunya dilakukan setelah masa tanam padi berakhir. Sehingga selain mengucap syukur masyarakat Karo juga mendoakan tanaman yang ditanam agar dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang baik.
Berlangsung selama kurang lebih seminggu lamanya, seluruh lapisan masyarakat dapat ikut merayakan Pesta Kerja Tahun, kecuali yang baru saja berduka. Misalnya keluarga yang baru kehilangan anggota keluarganya kurang dari jangka waktu setahun. Dalam hal ini, keluarga tersebut tidak diperbolehkan merayakan pesta kerja tahun.
Setiap hari dalam masa Pesta Kerja Tahun diberi nama berbeda sesuai dengan hewan yang dicari untuk dijadikan lauk.
Misalnya hari pertama yaitu Cikor-kor, yaitu mencari serangga bernama kor-kor, hari kedua dinamai Cikurung untuk mencari serangga bernama kurung, hari ketiga masyarakat Karo akan mencari ikan, dan hari tersebut disebut sebagai Ndurung.
Sedangkan hari keempat diberi nama Motong atau Mantem. Pada hari tersebut, penduduk setempat akan menyembelih hewan berkaki empat seperti kerbau, sapi, atau babi. Hari kelima dinamai Matana, yaitu waktu saat setiap orang saling mengunjungi satu sama lain, dan dilanjutkan dengan Nimpa di hari keenam.
Di masa Nimpa, masyarakat setempat akan membuat kue tradisional bernama cimpa, dan diakhiri dengan Rebuna di hari ketujuh. Pada masa Rebuna, setiap orang akan beristirahat setelah melakukan Pesta Kerja Tahun.
Mirip dengan tradisi Lebaran, saat Pesta Kerja Tahun setiap keluarga akan bersilaturahmi dengan cara saling berkunjung ke rumah masing-masing. Dan ketika berkunjung, pengunjung diwajibkan makan di rumah orang yang ia kunjungi.
Puncak acara dari Pesta Kerja Tahun adalah Gendang Guro-guro Aron. Yaitu acara budaya tradisional Karo yang berlangsung selama dua malam di aula desa (Jambur). Gendang Guro-guro Aron biasanya dilakukan pada hari keempat dan kelima.
Dalam acara ini, setiap orang diberikan kesempatan untuk menari tari tradisional Karo atau landek di atas panggung. Acara ini kemudian dimeriahkan oleh biduan wanita dan pria yang disebut sebagai perkolong-kolong dengan lagu dan tarian tradisional.
Di masa lampau, Gendang Guro-guro Aron menjadi ajang bertemu bagi muda-mudi sekaligus ajang perkenalan. Bukan hanya para remaja yang diperbolehkan untuk menari bersama, tetapi juga orang tua, sesuai arahan dari pembawa acara.
Sehingga Pesta Kerja Tahun menjadi pesta budaya yang masih ramai dikunjungi dan selalu dinantikan, terutama bagi para perantau. (arie)