JAKARTA (MM) - Pada awal Juli, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani sempat mengeluarkan pernyataan viral di media sosial dan cukup menghebohkan publik, di mana ia mengatakan “Orang Indonesia Bakal Makin Susah Beli Rumah”.
Fenomena ini muncul dari asumsi bahwa problematika tersebut disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yakni ketidakseimbangan supply rumah terjangkau atas demand kepemilikan rumah.
Guna membahas pernyataan tersebut, Pinhome selaku e-commerce properti, jasa rumah tangga, dan gaya hidup berkolaborasi dengan KoinWorks membahas fenomena tersebut melalui IG Live di akun Instagram KoinWorks dengan judul “Anak Muda Susah Beli Rumah? Bener Nggak Sih?”.
Head of Agent Account Management Pinhome Panca Satria selaku pembicara dalam IG live ini menyampaikan bahwa pernyataan Sri Mulyani dapat dijadikan motivasi oleh anak muda untuk tidak lagi menunda membeli hunian. Dilansir melalui IG Reels akun Instagram
KoinWorks, Panca mengatakan saat ini masih banyak ketersediaan rumah yang bisa dijangkau generasi muda, terlebih unit perumahan FLPP subsidi pemerintah yang dibanderol seharga Rp160 jutaan.
Menurutnya, ada beberapa karakteristik rumah yang bisa dijangkau dengan mudah oleh generasi muda. Salah-satunya adalah rumah primer atau baru dikarenakan banyak developer perumahan menawarkan uang muka ringan sampai dengan 0 persen, berbeda dengan rumah seken dengan uang muka rata-rata di angka 20 persen.
Hal senada juga disampaikan Head of Financial Consultant KoinWorks Willy Sanjaya membeberkan strategi yang dilakukannya ketika ingin memiliki properti pertama. Saat itu, ia memulai dengan berinvestasi pada hunian vertikal dengan harga yang lebih terjangkau di dekat pusat kota Jakarta, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk pindah ke rumah tapak.
Berbeda dengan Willy, Panca memulai investasi pertamanya saat sedang mengontrak rumah. Ia menyampaikan, dengan cara tersebut, pembeli dapat mencicil uang muka dengan lebih ringan.
Berbicara kepemilikan rumah, tidak terlepas dari perencanaan keuangan yang matang. Lebih lanjut, Willy menuturkan tentunya butuh niat dan tekad yang kuat untuk memutuskan membeli properti atau rumah.
Namun hal tersebut dapat diantisipasi dengan perencanaan keuangan yang matang. Salah satunya adalah dengan menerapkan teori perencanaan keuangan 1234 yang berarti 10 persen pendapatan dalam satu bulan dialokasikan untuk berinvestasi, 20 persen untuk hiburan, 30 persen untuk utang, dan 40 persen untuk konsumsi yang terukur.
Dari pembahasan tersebut, muncul kesimpulan bahwa saat ini masih banyak pilihan hunian yang terjangkau di Indonesia. Selain itu, ada banyak cara untuk mengetahui pilihan rumah di pasaran, salah satunya melalui platform aplikasi Pinhome sebagai langkah awal pencarian properti. (mm/ril)