Tren Digital Bank Syariah Indonesia

Sebarkan:

Sunarji Harahap, M.M.(foto/dok)
INDONESIA harus menjadi global player ekonomi Syariah yang merupakan cita cita bersama. Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia periode 2020 – 2025 disusun dengan membawa visi mewujudkan perbankan syariah yang resilient, berdaya saing tinggi secara global, dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan pembangunan sosial. 

Memanfaatkan era revolusi digital dalam meyakinkan masyarakat untuk mensosialiasikan dan memberi edukasi kepada khalayak, bahwa ekonomi syariah sangat adaptable dengan arus ekonomi digital yang sudah menjadi tren global. 

Melalui Financial Technology (Fintech) Syariah, keuangan syariah di Indonesia akan semakin berkembang. Teknologi dan inovasi untuk masa depan keuangan islam harus jadi pemicu bagi penguatan ekonomi nasional karena ekonomi Syariah merupakan dasar dari pemberdayaan ekonomi umat. Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk memajukan keuangan syariah, yakni, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip syariah dan kemaslahatan umat.

Indonesia menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Berdasarkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022, ada 231,06 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam. Jumlah itu setara dengan 86,7% dari total penduduk Indonesia. Jumlah yang sangat besar ini harus dimanfaatkan dengan sangat jeli, terlebih ketika kita dapat dengan mudah mengakses teknologi smartphone sebagai dampak kemajuan teknologi digital.

Perkembangan fintech menjadi begitu sangat penting sehingga diharapkan dapat memberikan perubahan dalam inovasi produk, layanan maupun model bisnis. Inovasi produk diantaranya dalam sistem pembayaran, layanan perbankan, layanan asuransi, pinjaman dan lain sebagainya. Diharapkan dengan adanya bisnis financial technology dapat mengembangkan dan meningkatkan market share perbankan syariah. 

Aplikasi fintech yang diterapkan sesuai dengan prinsip dan nilai ekonomi syariah tidak hanya berjalan pada sektor keuangan syariah komersial, namun juga dapat mencakup implementasi pada keuangan sosiai syariah seperti pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, shadaqah dan wakaf. Perbankan syariah juga menghadapi tantangan dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat. Penggunaan fintech dapat menjadi pilihan instrumen yang memperkuat sektor perbankan syariah Indonesia. 

Berdasarkan Pemanfaatan teknologi digital melalui tekfin (financial technology) syariah menjadi salah satu peluang yang krusial bagi Indonesia untuk menjaga daya saing negara. Pemanfaatan teknologi digital melalui tekfin syariah dapat meningkatkan jangkauan pasar keuangan syariah domestik sehingga inklusi keuangan syariah dapat terus meningkat, dengan banyaknya pelayanan digital yang diberikan kepada calon nasabah / nasabah diantaranya dengan mendaftar melalui aplikasi mobile digital bank syariah.

Kecenderungan masyarakat untuk memilih bank syariah sebagai bank pilihan untuk menempatkan dana dan meminjam fasilitas. Dengan peluang yang bagus dan pangsa pasar masih terbuka lebar di Indonesia, diharapkan Bank Syariah Indonesia (BSI) ini semakin meningkatkan layanannya. 

Sementara tantangan bank syariah ke depan menurutnya terkait disrupsi teknologi. Bank syariah juga harus bisa cepat melakukan inovasi untuk menghadapi persaingan perbankan yang mengarah ke digital banking, apalagi tahun ini, bank syariah juga menghadapi tantangan yang sama seperti bank konvensional di tengah pandemi covid-19. Proyeksinya, pertumbuhan bisnis bank syariah sekitar 5%-6% per tahun. Prospek saham bank syariah ke depan bagus dan investor yang berbasis syariah jadi ada pilihan untuk investasi di bank syariah. 

Perbankan syariah saat ini sudah mulai merata dan menampakkan jati dirinya ditengah-tengah banyaknya perbankan konvensional. Hal itu merupakan perkembangan yang positif untuk keberlangsungan perbankan syariah. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya Indonesia menjadi pelopor dan kiblat pengembangan keuangan syariah di dunia. Pesatnya perkembangan perbankan syariah tidak terlepas dari moralitas dan nilai-nilai agama Islam yang melekat pada industri perbankan syariah itu sendiri. 

Kesuksesan perbankan syariah harus terus diperjuangkan oleh seluruh stakeholder perbankan syariah. Eksplorasi, inovasi dan kreasi pengembangan perbankan syariah harus dilakukan dengan strategi yang tepat guna. Target sosialisasi juga harus lebih fokus terutama kepada stakeholder tidak langsung dari perbankan syariah seperti ulama , cendikiawan, tokoh agama, tokoh masyarakat, maysarakat umum, akademisi, praktisi, asosiasi, mahasiswa dan pelajar. Upaya ini dilakukan guna meningkatkan pemahaman masyarkat terkait fungsi, kemanfaatan, peran dan positioning perbankan syariah nasional.

Kehadiran PT. Bank Syariah Indonesia, Tbk, entitas hasil merger tiga bank syariah milik bank BUMN merupakan lompatan besar buat kemajuan perbankan syariah secara nasional dan internasional. saat ini Indonesia sudah dalam jalur tepat untuk memaksimalkan segala potensi ekonomi syariah yang ada. 

Salah satu buktinya, mulai tahun ini sejak 1 Februari 2021 telah diresmikan bank terbesar bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk., yang merupakan hasil penggabungan usaha tiga bank milik anak usaha BUMN yakni PT Bank BRI Syariah Tbk., PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri dengan nama bank yang telah ditetapkan, yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI) industri perbankan syariah akan terus berperan dominan dalam perkembangan ekonomi syariah karena sektor ini telah mencatat pertumbuhan yang baik pada 2020 dan di tahun 2021 diyakini dapat membangkitkan ekonomi dan keuangan syariah di tanah air dan ditargetkan masuk 10 top dunia.

Bank Syariah Indonesia harus berinovasi untuk menciptakan produk dan layanan yang mengedepankan uniqueness dari prinsip syariah dan kebutuhan nyata dari masyarakat. Untuk itu, diperlukan pembentukan semacam working group yang beranggotakan praktisi perbankan syariah untuk berdiskusi bersama-sama mengenai inovasi produk yang dikembangkan. 

Kelangsungan program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Hal ini sangat diperlukan untuk menggugah ketertarikan dan minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dan layanan perbankan syariah. Penulis berharap perbankan syariah harus terus belajar berinovasi dengan era generasi z saat ini.

Perbankan syariah yang semakin hari perkembangannya semakin kuat dan stabil dan semakin dikenal oleh masyarakat. Bukan hanya untuk kalangan umat Islam saja, melainkan juga kalangan non muslim. Sehingga bisa kita prediksi peluang perbankan syariah kedepannya bisa terbilang amat besar. 

Peluang yang besar dan terbuka lebar bagi perbankan syariah di Indonesia, merupakan sesuatu yang benar-benar harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Pada usianya yang masih relatif muda, kehadiran perbankan syariah di Indonesia sungguh memberikan segudang harapan bagi umat, akan terciptanya kehidupan perekonomian nasional yang berkah, sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan perekonomian perbankan syariah dimasa depan mempunyai peluang yang sangat besar dan mampu membantu kestabilan perekonomian negara. 

Meskipun dengan banyaknya tantangan yang ada perbankan syariah akan tetap terus berkiprah, akan tiba saatnya, dimana masa depan bank syariah menjadi 'primadona' yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian nasional bahkan internasional.

Akselerasi digital menjadi kunci kami untuk terus bergerak mengikuti perubahan perilaku nasabah yang serba dinamis, cepat dan aman. Kami ingin mempertahankan dan terus menumbuhkan kinerja positif ini ke depan. Sehingga kami bisa menjadi tokoh utama dalam pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air.

Per Desember 2021, transaksi kumulatif BSI Mobile mencapai 124,54 juta transaksi atau tumbuh sekitar 169 persen secara yoy. terkait penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), perseroan terus meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan Wadiah. Per Desember 2021, tabungan Wadiah tumbuh signifikan mencapai 15,30 persen secara yoy menjadi Rp34,10 triliun. Sementara total tabungan, mencapai Rp99,37 triliun atau bertumbuh 12,84 persen pada kurun waktu yang sama.

Pertumbuhan tabungan itu pun berdampak terhadap biaya dana atau cost of fund yang menjadi 2,03 persen. Persentase tersebut menurun dibandingkan dengan raihan Desember 2020 sebesar 2,68 persen. Implementasi prinsip keuangan berkelanjutan (sustainable finance) terealisasi antara lain melalui penyaluran pembiayaan keuangan berkelanjutan Rp46,15 triliun, berkontribusi 27 persen terhadap total portofolio pembiayaan BSI. Sepanjang 2021, BSI menyalurkan zakat perseroan Rp102 miliar dengan fokus utama pada pemberdayaan ekonomi, kemanusiaan, pendidikan dan BSI Care.

Saat ini, BSI memiliki 14 desa berdaya di seluruh Indonesia. Di desa berdaya itu BSI mengembangkan potensi ekonomi desa yang meliputi sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Sedangkan BSI Care menyasar generasi millenial melalui program BSI scholarship bekerjasama dengan 31 kampus ternama di Indonesia. BSI juga berpartisipasi aktif dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana alam.

Kehadiran BSI pertanda besarnya potensi perkembangan ekonomi nasional tahun ini didorong oleh industri syariah , dimana penerapan sistem ekonomi syariah juga menguntungkan bagi masyarakat non-muslim. Untuk menjangkau pelaku UMKM hingga pelosok, memproyeksikan dana senilai Rp53,83 triliun. UMKM merupakan kelompok nasabah terbesar yang dilayani perusahaan. Karena itu, porsi penyaluran pembiayaan dari BRI Syariah bagi UMKM sudah mencapai 46 persen persen dari total portofolio pembiayaan.

Perbankan syariah butuh faktor pendorong untuk meningkatkan kinerja perbankan. Terdapat beberapa faktor yang secara signifikan menjadi pendorong peningkatan kinerja industri perbankan syariah, baik dalam kegiatan penghimpunan dana maupun penyaluran pembiayaan.

Pertama, ekspansi jaringan kantor perbankan syariah mengingat kedekatan kantor dan kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan nasabah dalam membuka rekening di bank syariah. Kedua, gencarnya program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai produk dan layanan perbankan syariah semakin meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat.

Ketiga, upaya peningkatan kualitas layanan (service excellent) perbankan syariah agar dapat disejajarkan dengan layanan perbankan konvensional. Salah satunya adalah pemanfaatan akses teknologi informasi, seperti layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), mobile banking maupun internet banking.

Bank Indonesia mendorong bank konvensional yang menjadi induk bank syariah agar mendorong pengembangan jaringan teknologi informasi bagi BUS dan UUS yang menjadi anak usahanya.

Faktor keempat adalah penegasan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah. Keempat, Keuangan syariah, termasuk fintech syariah, sendiri sudah mendapatkan momentumnya.

Sunarji Harahap, M.M.

Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) UIN Sumatera Utara / Guru Ekonomi SMA AL Azhar Medan / Penulis Mendunia / Pengamat Ekonomi Milenial / Ketua Dewan Penasehat FOGIPSI Sumut.

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com