Pemain Ketoprak Dor Langen Setya Prana Jaya, tengah berlakon memainkan cerita berjudul "Sang Koeli Kontrak". (foto/dok ayub) |
PERHELATAN Festival Koeli Kontrak di Saintis, 14-15 Januari 2023 telah berakhir. Ribuan masyarakat tumpah ruah di Taman K5, Jalan Abioso Desa Saintis, tempat diselenggarakannya acara yang didanai Kemendikbudristek lewat Dana Indonesiana itu.
Ayub sebagai penerima manfaat dana tersebut merasa sangat bersyukur karena acara orang Jawa Deli tersebut lancar, aman dan berjalan sesuai yang direncanakan.
"Ketoprak dor menjadi primadona masyarakat di Santis selain kuda lumping. Masyarakat rindu akan kedua kesenian ini. Rindu nonton dan juga rindu main. Sebab sejak dunia diserang Covid-19, kawan-kawan seni tradisi juga sepi job, " kata Ayub.
Sementara itu, pada acara pembukaan, yang semula akan di buka Wakil Gubernur, Musa Rajek Shah ataupun Bupati Deliserdang, Azhari Tambunan akhirnya dibuka oleh Nasrul Hamdani dari BPNB Aceh/BPK Wil. II Sumatera Utara. Sedangkan Bupati, diwakili Asisten 1, drs Citra Efendy Capa M Sp.
Acara yang digelar selama dua hari ini dibanjiri masyarakat dari berbagai daerah yang antusias ingin melihat Ketoprak Dor, salah satu kesenian Jawa Deli yang sangat penomenal lantaran lahir dari keseharian Koeli Kontrak di zaman perburuhan Tembakau Deli.
Ketoprak Dor dari Komunitas Langen Setya Prana Jaya main pada malam Minggu (14/1/23). dengan Judul "Sang Koeli Kontrak". Bercerita tentang seseorang dari Jawa yang antusias ingin bekerja ke Tanah Deli di Sumatera Utara sebagai buruh tembakau.
Namun kedatangan mereka tidak mudah. Mereka dihadang oleh masyarakat setempat dan terjadilah perkelahian. Dengan kegigihan mereka akhirnya berhasil bisa bekerja sebagai buruh di Kebun Tembakau Deli lantaran sulitnya hidup di Tanah Jawa pada masa itu sekitar tahun seribu delapan ratusan.
Penonton yang terdiri dari anak-anak, remaja dan orang tua itu tampak antusias mengikuti alur cerita yang penuh dengan musik dan tari khas Ketoprak Dor itu. Terkadang terlihat penonton tertawa dan berteriak.
Kepala Desa Saintis, Asmawito S Sos mengatakan antusias penonton muncul karena kerinduan masyarakat Saintis terhadap seni yang lahir dari kakek buyut mereka itu sudah puluhan tahun tidak ada di Desa Saintis.
"Kalau Kuda lumping atau Jaran Kepang sering ada di sini. Sanggar-sanggar kuda lumping juga banyak menjamur. Hampir setiap malam minggu ada Jaran Kepang. Tetapi tidak seperti Ketoprak Dor, sudah puluhan tahun tidak ada di sini. Itu makanya masyarakat berbondong-bondong datang untuk menonton kesenian yang lahir dari peristiwa Koeli Kontrak itu, " ujarnya.
Menurut Ayub, penerima manfaat Dana Indonesiana ini, Ketoprak Dor memang sengaja menjadi acara pokok dalam Festival Koeli Kontrak selain, Diskusi dan Seminar serta Kesenian Jawa lainnya seperti tari - tarian, atraksi Jaran Kepang, Reog dan Teater.
"Ada dua komunitas ketoprak dor yang tampil di ajang Kemendikbudristek ini. Satu main di siang hari (sesi panggung rakyat, red) dan satu lagi di malam hari. Keduanya menjadi primadona buat masyarakat Saintis yang membanjiri lokasi acara, " terang Ayub.
Pantauan wartawan di lokasi acara sangat ramai di kunjungi masyarakat. Selain berbagai acara kesenian tampak juga bazar makanan khas Jawa, cerutu dan pameran poto bangsal, kebun tembakau dan atribut masa lalu berupa alat-alat pemeraman tembakau.
Kata lelaki berkulit gelap ini, atribut-atribut yang bersinggungan dengan fermentasi tembakau di masa kejayaan daun emas itu dipinjam dari Meseum Perkebunan Sumut, di jalan Katamso Medan seperti, Kotak Saring Sortir, Meja Sortir, Papan Ukur, Lincak/alat angkut dan keranjang ayam.
Berbagai makanan dari puluhan stand yang ada di lokasi terisi penuh dengan berbagai kuliner khas Jawa, seperti, pecal, getuk, bakso bakar, ayam penyet dan lain-lain.
Seorang pedagang pecal mengaku sangat senang bisa berjualan di acara Festival seperti ini. Dia berharap tempat ini sangat strategis dan seharusnya bisa dijadikan tempat jualan sehari-hari. "Kalau bisa sih maunya jadi tempat jualan sehari-hari, " ujarnya dengan raut wajah sumringah.
Namun kata Ayub, dirinya semula ingin menjadikan tempat itu sebagai tempat wisata kuliner khas Jawa. Namun sayangnya, pihaknya tidak mendapat izin untuk itu. Pihaknya hanya mendapat izin dua hari untuk acara festival saja.
"Semula memang kita proyeksikan agar segala yang sudah kita buat di sini tidak dibongkar lagi. Diharapkan seperti seni instalasi dan stand setidaknya tidak kita bongkar. Tapi sulit sekali meyakinkan pihak PTPN2 untuk itu. Terpaksa kita bongkar. Yang bisa kita tinggalkan cuma, gerbang, " ujarnya.
Ayub juga mengatakan kesuksesan acara ini juga tak terlepas adanya bentuan berbagai pihak termasuk Pemerintah Daerah dan jajarannya, Kepala Desa Saintis, PTPN 2, dan rekan-rekan Seniman di Deli Serdang, serta masyarakat Saintis yang baik dan ramah.
"Ya kurang sopan rasanya jika saya tidak mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah membantu kelancaran acara ini, terutama kepada Kemendikbudristek dan LPDP serta Indonesiana, " tandanya. (mm/red)