Gubernur ‘Lupa Ingatan’

Sebarkan:
Penulis: Choking Susilo Sakeh.
KALAULAH benar apa yang dikatakan Mardan Hanafi Hsb, Penasihat Hukum Bupati Palas TSO (Tongku Sutan Oloan), bahwa Gubsu ‘lupa ingatan’ (pewarta.co, Jumat 10 Maret 2023);  kalaulah benar apa yang dikatakan  oleh Ketua PKB Palas, Fahmi Anwar Nst,  bahwa Gubsu ‘keliru’ (mitanews.co.id, Sabtu 11 Maret 2023); serta kalaulah juga benar apa yang disebut Wakil Ketua DPRD Sumut Irham Buana Nst, bahwa Gubsu  ‘menyalahi wewenangnya’ (tribunnews.com, Sabtu 11 Maret 2023) dalam kasus pengaktifan Kembali TSO  sebagai Bupati Palas; maka wajarlah jika kemudian tagline “Sumut Bermartabat’ cumalah sebatas cakap-cakap, sebagaimana dikatakan Sekretaris Wantim Golkar Sumut Hardi Mulyono (medanmerdeka.com, Kamis 9 Maret 2023).

Bah, Sumut Bermartabat cuma sebatas cakap-cakap? 

Mudah-mudahan, kasus Bupati Palas TSO adalah salah satu contoh dan satu-satunya contoh bagaimana Edy Rahmayadi dituding menjadi sosok lupa ingatan, keliru dan menyalahi wewenangnya. Mudah-mudahan. Meski tidak tertutup kemungkinan, ada lagi kasus-kasus lainnya yang disikapi serupa oleh Edy Rahmayadi. Masyarakat Sumut dengan sangat gampang bisa menemukan  jejak digital kebijakan Edy Rahmayadi selama memimpin Sumut.

Begitulah adanya. Kalau seorang pemimpin gemar ‘menyalahi wewenangnya’ dan gemar berbuat ‘keliru’, maka suka-sukalah dia. Salah satu penyebab seorang pemimpin bersikap suka-suka  --  besar kemungkinan  --  adalah karena ‘lupa ingatan’. Maka, dari seorang pemimpin yang lupa ingatan, tentulah tak layak diharapkan hasil kerjanya yang memukau. Yang sangat sering terjadi, cumalah cakap-cakapnya yang selalu membikin gaduh dan membuatnya dikenal. 

Dengan demikian, tak mengherankan jika kemudian banyak masyarakat Sumut menilai “Sumut Bermartabat”, visi-misi Edy Rahmayadi saat maju pada Pilgubsu 2018 lalu, hingga kini cumalah sebatas cakap-cakap saja.

Bisa jadi, Edy Rahmayadi kelak dicatat dalam sejarah menjadi Gubsu yang nyaris tanpa hasil kerja yang layak diacungi jempol, hingga menjelang enam bulan berakhirnya masa jabatannya pada 5 September 2023 nanti. Cobalah iseng mencari di mesin google, maka Edy Rahmayadi lebih dikenal karena cakapnya yang suka membikin gaduh ketimbang hasil kerjanya. Selebihnya, hanya nol kosong.

Yakh, begitulah nasib Sumatera Utara. Setelah Gubsu T. Rizal Nurdin wafat pada 5 September 2005, Sumut nyaris tak semakin membaik. Provinsi potensial ini, bagaikan ‘auto pilot’, berjalan sendiri seakan tanpa memiliki pemimpin.

Omong Kosong

Aku teringat, saat acara coffee morning Gubsu dan Wagubsu dengan pers di Bina Graha (25 Sept.2018), 20 hari setelah Edy Rahmayadi dilantik Presiden Jokowi sebagai Gubsu pada 5 Sept. 2018. Pada malam sebelumnya (24 Sept. 2018),  Edy Rahmayadi ‘membikin gaduh” saat diwawancarai oleh Presenter Aiman Wicaksono di Kompas TV. 

Saat diberi kesempatan berbicara pada acara coffee morning tersebut, ada beberapa hal kusampaikan sekaligus mengingatkan apa yang sebaiknya dilakukan Edy Rahmayadi di dalam memimpin Sumut ke depannya. Salah satunya, aku ingatkan prihal jumlah perolehan suaranya pada Pilgubsu 2018, pasangan “Eramas” (Edy Rahmayadi/Musa Rajeckshah) meraih suara sebanyak 3.291.137 suara. 

Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumatera Utara sekitar 15 juta  jiwa, maka jumlah perolehan suara itu berarti bahwa jumlah penduduk Sumut yang memilih Edy/Ijeck cumalah sekitar 22 persen. Aku katakan saat itu, “Jika Edy tak mampu merangkul 78 persen penduduk Sumut yang tidak memilihnya,  kelak Visi-misi Sumut Bermartabat akan menjadi omong kosong belaka.” 

Dalam perjalanannya, Edy Rahmayadi ternyata bukan saja tak mampu merangkul orang-orang yang tidak mendukungnya pada Pilgubsu 2018. Tetapi,  Edy Rahmayadi juga secara terbuka memperlihatkan sikap berseberangan dan menganggap Wagubsu sebagai lawannya. Bahkan, kader-kader Golkar  --  partai politik yang dipimpin Musa Rajeckshah di Sumut  --  juga dijadikan lawan. 

Tentunya ini menjadi aneh. Musa Rajeckshah adalah pasangan Edy Rahmayadi sebagai Cagubsu pada Pilgubsu 2018. Sedangkan Golkar adalah partai pengusung dan pendukung Edy Rahmayadi maju pada Pilgubsu 2018. Pastinya, kader-kader Golkar adalah orang-orang yang berjasa telah menghantarkan Edy Rahmayadi ke kursi Gubernur Sumut.

Tapi, mari kita abaikan soal Golkar. Dikala Edy Rahmayadi tak mau merangkul Wagubsu serta tak mampu merangkul 78 persen masyarakat Sumut yang tidak memilihnya pada Pilgubsu 2018, maka taklah mengejutkan jika kemudian visi “Sumut Bermartabat” cuma sebatas cakap-cakap saja. Apa boleh buat…

Gubernur lupa ingatan, keliru, menyalahi wewenang dan bermuara ke sikap suka-suka; senang atau tidak, sosok seperti itulah yang telah memimpin Sumut selama empat setengah tahun. Soal hasil kerjanya, yok kita cari masing-masing.

Memang, masih ada sisa waktu sekitar enam bulan lagi bagi Edy Rahmayadi untuk memimpin Sumut. Tapi, adakah yang bisa diharapkan dari Edy Rahmayadi di dalam waktu sesingkat itu?

Mangkanya…

----------------------------------------

*Penulis adalah jurnalis; warga Sumut pembayar pajak.

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com