![]() |
CHOKING SUSILO SAKEH. |
SUNGGUH, di usianya yang ke-433 tahun, kotaku (baca : Kota Medan), terlihat menjadi lucu. Kini, kotaku selalu mampu menghadirkan berbagai aspek yang bisa mengundang tawa. Mudah-mudahan, kotaku menjadi lucu bukan dikarenakan kotaku dikelola secara lucu-lucuan oleh pemimpin yang diduga suka melucu.
Ini salah satu contoh materi yang bisa bikin lucu : di media sosial akhir-akhir ini, ramai dibincangkan aksi begal dan geng motor yang semakin marak di kotaku. Keriuhan tentang begal dan geng motor itu, mencapai puncaknya saat seorang mahasiswa UMSU tewas dibegal pada 14 Juni 2023.
Entah memang kebetulan, setelah aksi begal yang meminta korban nyawa tersebut, terjadi beberapa kali aksi ‘unjuk kekuatan’ para geng motor di beberapa ruas jalan di Medan. Begitu pula aksi begal, terjadi meski tak meminta korban nyawa.
Mungkin karena merasa tak berdaya, warga kotaku pun ramai membincangkan aksi begal dan geng motor itu di akun medsos masing-masing. Kotaku terasa tak aman dan tak nyaman, membuat warga berfikir panjang untuk beraktivitas di jalan raya setelah lewat jam 22.00 WIB.
Toean Walikotaku, bagaimana?
Suka atau tidak, toean walikota mampu membuat suasana mencekam aksi begal dan geng motor ini menjadi terasa lucu. Sebagai pimpinan tertinggi di kotaku, Walikota Medan sudah berkali-kali mengeluarkan pernyatan mengeluhkan aksi begal dan geng motor ini, bahkan sekaligus juga mengancam tidak ada tempat bagi begal dan geng motor di Kota Medan. Mujarabkah pernyataan dan ancaman toean walikota?
Silahkan Toean Walikota ngomong apa saja. Tapi, begal dan geng motor tetap saja bebas beraksi. Bisa jadi, aparat yang kurang cekatan. Mungkin, bisa pula para begal dan anak geng motor yang lebih sigap. Apapun itu, mudah-mudahan, aparat maupun para begal dan geng motor tak menganggap, bahwa pernyataan dan ancaman toean Walikota hanya sebagai lucu-lucuan belaka.
Selamat Melucu
Maka, alangkah lucunya andai pernyataan dan ancaman Walikota Medan terhadap begal dan geng motor, cuma dianggap sebagai lucu-lucuan saja. Sebab, itu berarti, menambah panjang daftar lucu-lucuan toean Walikota di dalam mengelola Kota Medan.
Coba simak sembali pernyataan dan ancaman Walikota Medan tentang Lampu Pocong, misalnya. Sampai sekarang, para pocong masih saja berdiri gagah perkasa di beberapa ruas jalan di Medan. Para pocong tersebut bisa bersikap seperti itu, mudah-mudahan bukan karena mereka menganggap pernyataan dan ancaman Walikota Medan kepada mereka, cumalah lucu-lucuan saja.
Begitu pula tentang berbagai proyek pembangunan di Medan. Beberapa proyek sudah lebih setahun dikerjakan, diantaranya revitalisasi Kawasan Kesawan dan revitalisasi Lapangan Merdeka. Atau proyek yang baru saja dikerjakan, misalnya revitalisasi Stadion Kebun Bunga dan Islamic Center. Atau yang akan dikerjakan, misalnya revitalisasi Stadion Teladan. Kesemua proyek tersebut, tetap saja mampu menghadirkan aspek-aspek yang bisa mengundang lucu.
Sebagai contoh, proyek revitalisasi Kawasan Kesawan. Sudah puluhan kali terlontar pernyataan indah “akan” dan “kalau” dari Walikota Medan tentang proyek ini. Namun, sampai kini proyek tersebut masih saja berantakan, mengusik kenyamanan warga entah sampai kapan.
Begitu pula revitalisasi Lapangan Merdeka. Semoga, proyek yang tidak menghiraukan protes berbagai kalangan masyarakat ini, mudah-mudahan tidak menjadi “proyek bangkai”. Catat : Kesawan dan Lapangan Merdeka adalah objek cagar budaya, penanda sejarah panjang Kota Medan!
Oh ya, setiap bulan digelar seni klenengan di halaman Kantor Walikota Medan. Sedangkan seni karya budi, kini tak dianggap di kotaku. Lihatlah, bagaimana Taman Budaya Medan, tempat bersejarah para pelaku seni mengasah karya budinya, kini telah berganti fungsi menjadi perkantoran.
Dan jangan dilupakan, tentunya adalah masalah banjir dan jalan rusak, sebagaimana janji kampanye Bobby Nasution saat kampanye Pilkada Medan. Hingga kini, mudah-mudahan kata “banjir” sudah tidak ada lgi di Medan, digantikan dengan kata ‘genangan air”. Dan masalah banjir ini, setali tiga uang dengan masalah jalan rusak.
Iseng-iseng, cobalah kita putar ulang, bagaimana Walikota Medan saat membentak dan mencopot para Kepling. Atau saat toean walikota turun dari mobilnya membentak-bentak tukang parkir liar, pun saat turun dari mobilnya menangkap supir angkot yang menerobos lampu merah. Bayangkanlah, bagaimana andai Walikota Medan membentak-bentak para begal dan geng motor, ataupun dengan para Lampu Pocong.
Ya, ya, tetap saja ada hal-hal yang membuat kotaku terasa lucu. Kota yang lucu ini, mudah-mudahan bukan dikarenakan dikelola secara lucu-lucuan oleh pemimpin yang diduga suka melucu. Begitupun, untuk kotaku : selamat berulang tahun ke-433 tahun, dan jangan pernah lupa untuk tetap melucu.
Mangkanya…
-------------------------------------------------
*Penulis adalah Jurnalis; warga Medan taat membayar pajak.