![]() |
Choking Susilo Sakeh. (foto:mm/ist) |
Sekitar 1.700 unit Lampu Pocong yang dibangun sebagai upaya menghiasi delapan ruas jalan di Kota Medan, sejak awal kehadirannya memang telah mampu mengundang rasa lucu warga kota. Puncak kelucuan itu, adalah tatkala warga sepakat memberi nama lampu jalan itu sebagai “Lampu Pocong”, berikut atributnya, si-“Kursi Ngesot”.
Saat kemudian Walikota Medan mengeluarkan pernyataan, bahwa proyek lampu ini sebgai proyek gagal, dan dana yang sudah diterima kontraktor harus dikembalikan (antaranews.com, 9 Mei 2023), maka si Pocongpun mampu menjadi simbol “Gerakan Lucu Massal” warga Kota Medan. Apakah rasa lucu melihat Lampu Pocong sama lucunya dengan melihat wajah Pemko Medan, sepertinya menjadi topik yang menarik untuk didiskusikan oleh warga kota.
Disebutkan, proyek ini senilai Rp 27,5 miliar, dan sebesar Rp 21 miliar sudah dibayarkan kepada kontraktor. Menurut Walikota Medan, anggaran sebesar itu harus dikembalikan kontaktor ke kas Pemko Medan, dan kontraktor pun harus membongkar Lampu Pocong yang sudah berdiri tersebut.
Dan waktupun tetap berjalan. Ultimatum Walikota Medan kepada Lampu Pocong, kini sudah berusia dua bulan lebih. Namun, si Pocong masih saja kokoh tegak berdiri, bahkan kini terkesan gagah perkasa pula. Selain itu, tak ada pula kabar yang jelas, sudah sejauhmana uang rakyat Rp 21 miliar yang diterima para kontraktor tersebut : sudah dikembalikankah, sudah berapa jumlahnya yang dikembalikan, dan seterusnya-dan seterusnya.
Waktu sepanjang itu, suka tak suka, tanpa disadari telah mampu merobah wujud si Pocong. Dari yang semula dianggap sebagai barang lucu-lucuan -- bahkan menimbulkan kelucuan massal -- kini telah berobah menjadi sosok kokoh nan gagah perkasa.
Tak Lucu Lagi
Duhai, si Pocong kini tak lucu lagi. Dia telah berubah wujud menjadi sosok yang gagah perkasa di Kota Medan. Berdiri penuh percaya diri, mengejek : tak cuma sekedar mengejek Pemko Medan. Tapi lebih tragis lagi, telah mengejek akal sehat warga Kota Medan!
Syukurlah kemudian, masih ada juga akal sehat di DPRD Medan. Kita mesti percaya, bahwa akal sehat itulah yang mendorong beberapa anggota DPRD Medan menggagas dibentuknya segera Pansus Pocong. (hariansib.com, 20 Juli 2023). Pansus tersebut akan menelusuri kebijakan pembangunan Lampu Pocong, pengerjaan dan pengawasan proyek, hingga pengembalian uang dan pembongkaran si Pocong.
Akal sehat pun ada di Ombusdman Perwakilan Sumut. Lembaga ini bahkan minta KPK untuk mengusut proyek Lampu Pocong tersebut (jpnn.com, 23 Juli 2023). Lampu Pocong yang dinyatakan sebagai proyek gagal ini, harus dipertanggungjawabkan secara hukum dengan jelas, untuk memenuhj rasa keadilan masyarakat.
Para warga Kota Medan yang akal sehatnya terganggu karena perobahan wujud si Pocong dari sesuatu yang lucu menjadi sesuatu yang gagah perkasa itu, bolehlah sedikit merasa lega dengan segelintir anggota DPRD Medan serta Ombudsman Sumut. Soal bagaimana kemudian tindak lanjutnya, biarlah waktu yang menjawabnya : apakah hukum memang masih ada di Pemko Medan.
Waktu jugalah yang akan menjawab, bagaimana kelak wajah Kota Medan ke depannya. Kalau proyek sekecil Lampu Pocong saja sudah tidak becus pertanggungjawabannya, tentunya akal sehat warga Kota Medan masihlah boleh menduga-duga : bagaimana pula dengan proyek-proyek pembangunan lainnya yang memakai anggaran lebih besar.
Mangkanya…
------------------------------------------------------
*Penulis : Choking Susilo Sakeh adalah Jurnalis, warga Kota Medan.