Kepala BI Sibolga, Yuliansah Andrias saat memberikan sambutan di acara Capacity Building Wartawan Sibolga. (foto:mm/jhonny simatupang) |
Bank Indonesia (BI) baru-baru ini telah merintis kerja sama dengan empat bank sentral negara anggota ASEAN untuk konektivitas sistem pembayaran lintas batas atau QRIS Crosa Border.
QRIS Cross Border merupakan salah satu fitur di dalam sistem pembayaran Qucik Response Code Indonesia Standard (QRIS) yang memungkinkan transaksi lintas negara menggunakan QR Code. Penggunaannya cukup scan QR Code yang disediakan oleh merchant (pedagang) di negara yang dikunjungi dan pembayaran akan langsung diproses.
Kerja sama dengan empat bank sentral negara anggota ASEAN itu sendiri, yakni Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT).
Kesepakatan itu diteken di sela-sela KTT G20 di Bali pada November 2022 lalu, dan uji cobanya telah dilaksanakan dengan Thailand dan Malaysia dengan hasil yang positif.
Gubernur BI, Perry Warjiyo ketika peluncuran KKP Domestrik dan QRIS Antarnegara pekan lalu di Jakarta mengatakan, langkah menyambungkan sistem pembayaran QRIS dengan sejumlah negara di ASEAN tersebut merupakan tindaklanjut dari arahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk menyambungkan sistem pembayaran Indonesia ke dunia, dimulai dari kawasan regional ASEAN.
Langkah itu dijalankan untuk memperkuat integrasi ekonomi kawasan lewat kerja sama konektivitas pembayaran di ASEAN, sehingga bisa lebih cepat, transparan, murah, dan inklusif.
"Selain itu, QRIS Cross Border juga dapat menunjang pelaku bisnis di Indonesia untuk bisa bertransaksi lebih mudah dengan pelanggan internasional tanpa perlu menghadapi masalah biaya dan kompleksitas pembayaran lintas batas," kata Perry.
Sepertinya, kepiawaian Barcelona dalam memainkan sepak bola "Tiki Taka" ini tengah dimainkan oleh Bank Indonesia (BI) lewat sistem pembayaran fast payment lintas batas atau QRIS Cross Border ini.
Sebab, penggunaan sistem transaksi itu juga memberi keuntungan bagi UMKM karena biaya MDR yang lebih murah dibandingkan jika menggunakan sarana payment internasional.
Manfaat serupa juga dirasakan oleh pelanggan atau wisatawan asing saat membeli produk lokal di destinasi wisata. Pelanggan tidak perlu mengeluarkan uang tunai atau menggunakan kartu kredit untuk melakukan pembayaran.
Maka itu, BI terus mendorong penggunaan QRIS, tidak hanya di tingkat lokal, bahkan juga lintas negara agar bisa melakukan standardisasi kegiatan pembayaran digital melalui berbagai aplikasi keuangan elektronik, e-wallet, dan mobile banking.
"Kami bergerak dengan lintas batas ke interlink pembayaran pertama kami di antara lima negara dan ini memang satu langkah maju dalam membawa contoh nyata dari Interlink lintas batas, dari ASEAN ke dunia," kata Perry.
Dikutip dari laman resmi BI, QRIS merupakan penyatuan berbagai macam QR Code dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan BI agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.
Dan sejak diluncurkan pada Agustus 2019, hingga saat ini sebanyak lebih dari 20 juta merchant telah menggunakan QRIS, dan 90 persen di antaranya adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).(Jhonny Simatupang)