![]() |
Nelliati (44) warga Desa Simbolon, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), Provinsi Sumatera Utara. (foto/ist) |
NELLIATI (44) warga Desa Simbolon, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), Provinsi Sumatera Utara, menderita penyakit langka. Di sekujur tubuhnya dipenuhi benjolan mirip kutil dan membesar.
Sudah dilakukan 4 kali tindakan operasi pengangkatan benjolan namun malah semakin muncul benjolan baru dan memperparah.
Nelliati menderita penyakit langka ini sudah cukup lama. Sejak kelas 2 Sekolah Dasar (SD), benjolan itu mulai tumbuh dan sejak kelas 2 Aliyah (SMA) di sekujur tubuhnya terus tumbuh benjolan baru. Parahnya, penyakit itu hingga membutakan mata sebelah kirinya. Tak hanya itu saja, benjolan yang tumbuh di telapak kaki kirinya sangat sakit yang membuat dirinya sulit menginjakkan kaki.
Nelliati tinggal bersama orang tuanya, Baginda Hasayangan (68) dan Ibu Siti Alisma (65) yang bekerja sebagai petani ini sangat memperihatinkan kondisinya. Pada hari Rabu (29/2/2024) lalu, ayahnya dibawa berobat karena sakit parah dan saat ini sedang dirawat di RSUP H. Adam Malik Kota Medan dengan diagnosa sementara komplikasi (lambung dan stroke ringan). Adiknya laki-laki juga saat ini mengalami stroke dan tak pernah dibawa ke rumah sakit.
Tim Burangir dihubungi oleh kerabat dari Nelli memohon perhatian agar Nelli dan keluarganya dapat bantuan karena kondisinya yang sangat memprihatikan. Pada hari Sabtu (2/3/2024), Tim Burangir pun menjenguk Nelli sendirian di rumahnya. Sempat kesulitan mencari keberadaan rumahnya karena masuk pedalaman.
Beruntungnya ada sahabat Habibi Harahap yang dapat membantu mengantarkan tim ke rumah Nelli meskipun sedang sibuk mengawal suaranya dalam pemilihan calon anggota legislatif DPRD Padang Lawas Utara (Paluta).
Di kediamannya, Nelli menuturkan, selama orangtuanya berobat di Medan, ia tinggal seorang diri di rumah karena adiknya yang lumpuh juga terpaksa dibawa ke tempat keluarganya agar ada yang mengurus.
Ketika ditanyakan bagaimana mencukupi kebutuhannya sehari-hari, Nelli mengaku bahwa dia bisa mandiri dengan memasak nasi karena pakai pemasak nasi listrik namun untuk lauk dia tidak berani memasak sehingga dia hanya makan dengan nasi putih saja.
Untuk penyakitnya juga Nelli sudah pasrah karena sudah operasi 4 kali namun tak kunjung sembuh, belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang sangat sulit. Selama ini ada Bidan Desa yang sering memantau kondisi Nelli, namun 3 bulan terakhir Ibu Bidan pindah tugas. Untuk bantuan pemerintah selama ini Nelli mengaku hanya mendapat bantuan BLT dari desanya.
Setelah mendengar kisah soal penyakitnya ini, Tim Burangir memberikan bantuan dari Donatur untuk meringankan kesulitan yang dialami Nelli dan keluarganya. Tim juga sempat berkomunikasi dengan Ibunya Nelli via telepon dan berharap dengan kedatangan Burangir dapat membawa harapan baik untuk keluarganya.
Sahabat!
Saat ini Nelli dan keluarganya sangat membutuhkan perhatian serius dari seluruh pihak. Kiranya melalui artikel ini dapat menggerakkan hati Pemerintah dan para dermawan untuk membantu mereka untuk melewati masa-masa sulit ini. (yasir)