![]() |
Sunarji Harahap, M.M. |
Digitalisasi telah mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Pendidikan bergeser, ilmu pengetahuan ada di mana-mana, sistem pembelajaran menjadi dua arah, pendidik berperan sebagai pendamping dan pembimbing bagi siswa. Implikasinya adalah peserta didik jadi lebih mandiri, kritis, kreatif, dan solutif. Perlu adanya perubahan mind set dari para pendidik: guru, dan dosen dalam melaksanakan pembelajaran.
Mengubah cara-cara lama yang tidak menjadikan
teknologi internet dan digital sebagai sumber dan sekaligus sarana pembelajaran
menjadi adaptif dan familiar dengan teknologi digital. Tentu saja penyesuaian
membutuhkan kemauan untuk belajar dan mencoba. Mungkin sangat banyak guru yang
dahulu tidak pernah bersentuhan dengan teknologi di bidang pembelajaran, maka
sekarang saatnya untuk menyesuaikan diri.
Transformasi digital dalam pendidikan telah membawa perubahan revolusioner dalam pendidikan, mengubah cara kita belajar dan mengajar. Dengan adaptasi ini teknologi informasi dan komunikasi, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, dinamis dan terbuka bagi akses global. Guru akan mendapatkan banyak manfaat dengan menggunakan teknologi untuk merancang pengalaman pembelajaran yang lebih menarik dan relevan.
Selain itu, transformasi digital memungkinkan penggunaan analisis data
untuk mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dalam menyelaraskan kurikulum
dengan perkembangan teknologi terkini. Dengan demikian tranformasi digital
dalam pendidikan tidak hanya meningkatkan efisiensi proses belajar mengajar,
tetapi juga mempersiapkan siswa dengan ketrampilan digital yang diperlukan saat
ini.
Di Indonesia kemampuan yang
sebaiknya ditanamkan kepada peserta didik seperti nilai budaya dan karakter
yang baik kini mulai hilang akibat dari perkembangan teknologi yang begitu
pesat karena perkembangan tersebut lebih menuntut kebutuhan pasar sehingga
nilai-nilai karakter yang baik tidak dapat di tanamkan secara maksimal dalam
diri peserta didik.
Hal ini harus juga menjadi
perhatian lebih karena orang cerdas yang tidak bermoral dapat menjadi ancaman
dalam lingkunganya. Perilaku yang mesti dibentuk dalam diri setiap anak didik
adalah kejujuran, bertanggung jawab, saling meghargai, patuh, percaya terhadap
kemampuan diri, cinta perdamaiaan serta memiliki rasa simpati terhadap orang
disekelilingnya.[cut]
![]() |
Sunarji Harahap, M.M. |
Berbagai karakteristik abad 21
meliputi : perkembangan teknogi yang begitu pesat, hubungan antarbangsa dan
antarmanusia semakin mudah, kompetensi sumber daya manusia harus jelas menuju
generasi Indonesia Emas 2045, generasi SDM yang unggul dan berdaya saing secara
global. SDM dengan penguasaan iptek adalah yang diharapkan. Meski otomatisasi
sudah merambah ke berbagai lini, tanpa ada SDM yang memiliki keterampilan dalam
mengonsep, mencipta, hingga mengoperasikan, semua perangkat dan teknologi yang
tersedia tidak akan berguna.
Mengintegrasikan teknologi informasi, perangkat lunak pendidikan yang interaktif dan kelas konvensional merupakan jalan untuk memperkaya proses pembelajaran. Kemendikbudristek dalam publikasinya juga menyatakan bahwa digitalisasi sekolah akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kembali pada tujuan kita untuk menciptakan SDM iptek, digitalisasi pendidikan menjadi cara yang paling mendasar untuk memperkenalkan peserta didik pada iptek. Hal itu bisa kita lakukan dengan mengenalkan dan menggunakan alat-alat dan/atau aplikasi yang memang ditujukan untuk pendidikan yang komunikatif dan kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Personalisasi pembelajaran menjadi penting untuk memaksimalkan potensi peserta didik, karena membebaskan siswa dari paradigma pengajaran lama yang begitu membatasi potensi dan kreativitas mereka. Dengan digitalisasi pendidikan, para pendidik diharapkan untuk membangun pembelajaran guna mengembangkan kemampuan individu dari siswa-siswanya, sehingga siswa akan belajar lebih baik dan pencapaiannya lebih maksimal, sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Tak ada alasan bagi kita, para pendidik, untuk tidak mengadaptasi teknologi dalam proses belajar-mengajar sehari-hari. Kita bertanggung jawab untuk mempersiapkan Generasi Indonesia Emas, suatu generasi yang sarat dengan SDM iptek. Ada dua alasan dasar dari kebijakan pembangunan pendidikan saat ini: pertama, visi pendidikan Indonesia yaitu mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila. Kedua, tantangan kemajuan teknologi informasi dan era globalisasi.
Alasan dasar pertama berkaitan dengan cita-cita ideal tentang sosok manusia yang ingin kita lahirkan dari proses pendidikan nasional. Yaitu menjadi manusia yang memiliki kemandirian, berkepribadian kuat berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila untuk menjadi bangsa dan negara yang maju dan berdaulat. Sementara alasan dasar yang kedua berhubungan dengan perkembangan teknologi informasi yang jelas-jelas ada di depan mata kita dan menjadi bagian yang tidak terelakkan harus diadopsi dalam dunia pendidikan.[cut]
![]() |
Sunarji Harahap, M.M. |
![]() |
Sunarji Harahap, M.M. |
![]() |
Sunarji Harahap, M.M. |
Melalui digitalisasi kurikulum, pendidikan menjadi lebih adaptif dan responsif terhadap perkembangan teknologi. Ini memungkinkan siswa untuk belajar secara lebih interaktif, mandiri, dan kolaboratif. Selain itu, digitalisasi kurikulum juga memungkinkan personalisasi pembelajaran, di mana setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya masing-masing.[cut]
![]() |
Sunarji Harahap, M.M. |
1. Memanfaatkan platform pembelajaran digital: Guru dapat menggunakan
berbagai platform pembelajaran digital seperti Learning Management Systems (LMS),
aplikasi mobile, atau website pembelajaran untuk memberikan materi
pembelajaran, tugas, dan kuis kepada siswa.
2. Penggunaan multimedia: Guru dapat memanfaatkan multimedia seperti
video, audio, dan gambar untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dengan
lebih menarik dan jelas.
3. Pembelajaran berbasis proyek: Siswa dapat melakukan proyek-proyek
pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi seperti pembuatan video, animasi,
atau presentasi digital untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap materi
pembelajaran.
4. Kolaborasi online: Siswa dapat berkolaborasi dengan sesama siswa
atau bahkan dengan siswa dari sekolah lain melalui platform online untuk
melakukan diskusi, proyek bersama, atau berbagi pengetahuan.
5. Pembelajaran adaptif: Dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan
buatan, pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
masing-masing siswa secara otomatis.
Digitalisasi
Kurikulum Merdeka merupakan langkah penting dalam mempersiapkan siswa untuk
menghadapi tantangan di era digital. Dengan memanfaatkan teknologi secara
efektif, diharapkan pendidikan dapat menjadi lebih inklusif, inovatif, dan
relevan dengan tuntutan zaman.[cut]
![]() |
Sunarji Harahap, M.M. |
1. Meningkatkan Keterlibatan Siswa:
Media pembelajaran seringkali lebih menarik daripada metode pengajaran
konvensional seperti kuliah langsung atau bacaan tertulis saja. Visual, suara,
dan interaktivitas yang ditawarkan oleh media pembelajaran dapat membantu siswa
terlibat lebih aktif dalam pembelajaran.
2. Memfasilitasi Pembelajaran Mandiri:
Media pembelajaran dapat memberikan akses mandiri kepada siswa untuk belajar
kapan pun dan di mana pun mereka mau. Ini memungkinkan siswa untuk belajar
sesuai dengan kecepatan mereka sendiri dan memperdalam pemahaman mereka atas
materi pelajaran.
3. Memudahkan Pemahaman Konsep
Abstrak: Konsep-konsep yang sulit dipahami dapat diilustrasikan lebih
baik melalui media pembelajaran. Misalnya, dengan menggunakan animasi atau
simulasi, konsep fisika yang kompleks atau proses biologis yang sulit dapat
disajikan secara lebih mudah dipahami.
4. Mengaktifkan Beragam Gaya
Pembelajaran: Setiap siswa memiliki gaya pembelajaran yang berbeda, apalagi
ketika kegiatan pembelajaran yang monoton dilakukan seorang guru yang
menimbulkan kebosanan bagi peserta didik, sehingga seorang guru harus dapat
membuat gaya pembelajaran yang berbeda Media pembelajaran dapat mengakomodasi
berbagai gaya pembelajaran seperti visual, auditori, atau kinestetik dengan
menyediakan beragam format, seperti video, audio, teks, dan aktivitas
interaktif.
5. Mendorong Kolaborasi dan
Interaksi: Media pembelajaran sering memungkinkan kolaborasi antara siswa,
baik secara langsung maupun melalui platform daring. Kolaborasi ini dapat
meningkatkan pemahaman siswa melalui diskusi, tukar menukar ide, dan
pembelajaran bersama.
6.
Mengurangi Ketakutan dan
Kecemasan: Beberapa siswa mungkin merasa lebih nyaman belajar melalui media
pembelajaran daripada dihadapkan langsung pada guru atau teman sekelas. Hal ini
dapat membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan yang dapat menghambat
pembelajaran.
7.
Memberikan Motivasi kepada
Siswa :
Teknologi digital dapat digunakan untuk mengubah
perilaku manusia, termasuk perilaku siswa dan pendidik, dan untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, merekam, memproses, dan mendistribusikan ulang
bahan ajar yang diperlukan. Ketika bahan ajar dipadukan dengan teknologi
digital, proses pembelajaran dapat dibuat lebih menarik dan memotivasi. Hal ini
dikarenakan kombinasi bahan ajar dapat lebih artistik dan menarik karena
menggabungkan gambar, audio, video, dan animasi, yang dapat mempengaruhi
perubahan perilaku belajar dan membantu anak belajar lebih efektif
Namun,
efektivitas media pembelajaran juga tergantung pada implementasinya. Guru perlu
memilih media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan
kebutuhan siswa mereka. Selain itu, peran guru dalam mengarahkan dan mengelola
penggunaan media pembelajaran juga sangat penting untuk memastikan bahwa siswa
dapat memperoleh manfaat maksimal dari penggunaan media tersebut. (*)
Penulis : Sunarji Harahap, M.M, Guru Best Teacher SMA Unggulan Al Azhar Medan / Penulis Mendunia.