Biaya Panen Melambung, Petani Padi di Toba Minta Dinas Pertanian Berperan

Sebarkan:
Areal kawasan tanaman padi di Kabupaten Toba. Petani keluhkan tingginya biaya panen padi. (foto/ist)
TOBA (MM) - Petani padi di Kabupaten Toba, khususnya di Kecamatan Porsea harus menahan nafas dan harus mengikat sekencang - kencangnya pinggangnya karena tingginya biaya mulai dari pengolahan, penanaman, pemupukan dan pemanenan.

Masyarakat Porsea yang mayoritas sebagai petani padi mengeluhkan harga gabah padi kering habis panen saat ini perkilonya sekitar Rp. 6.530 biasa dihitung dalam kaleng dimana satu kaleng beratnya 11, 5 kilogram dihargai Rp.75.000 tidak sebanding keuntungannya mulai dari pengolahan hingga panen.

Dikatakan salah seorang petani di Desa Patane I, Kecamatan Porsea, Yenti Silaban dengan harga Rp. 75.000 perkalengnya keuntungan yang didapat petani sudah sangat minim, tetapi jika diharga Rp. 100.000 perkalengnya dapat dikatakan masih ada tinggal untuk petani, Kamis (04/07/2024).

"Bisa saja dengan harga 75.000 perkalengnya keuntungan sedikit bertambah didapat petani jika pembayaran persenan untuk pekerja pemanen dari 13 hingga 14 persen diturunkan menjadi 8 sampai 10 persen dari hasil seluruh panen," ujarnya.

Diterangkannya, bila seorang petani dari lahannya menghasilkan 100 kaleng padi maka untuk pekerja panen dikali 14 persen menjadi 14 kaleng dan sisa untuk pemilik 86 kaleng, belum lagi biaya pengolahan, pemupukan dan terparah bila petani menyewa lahan, lebih akrab disebut mamola pinang dari seratus kaleng dibagi 3.

"Bila dikalkulasikan pendapatan petani untuk sekali panen yang ditunggu selama enam bulan saat panen raya bulan Juni dan Juli sekitar 30 persen. Hasil inilah yang dimanfaatkan oleh kami petani untuk tanam berikutnya di bulan Januari dan Februari dalam biaya hidup. Selain dibantu budidaya ikan yang kami lakukan setelah panen padi dan bisa panen ikan di bulan Desember," tandas Yenti.

Disampaikan masyarakat, sesungguhnya Pemerintah Toba melalui Dinas Pertanian dapat memecahkan solusi tersebut dengan memberikan fasilitas alat pemanen atau menyewakannya kepada petani. Karena kita mengetahui Dinas Pertanian memiliki alat super combine untuk pemanen padi sehingga meringankan beban petani.

Menanggapi keluhan petani Plt Kepala Dinas Pertanian Toba, Joni Hutajulu sampai saat ini tidak dapat berbuat banyak untuk mengatasi permasalahan tersebut dan tidak menampik bahwa dinas memiliki alat pemanen modern super combine tetapi tidak dapat difungsikan sebab dalam keadaan rusak.

"Sesungguhnya kita sangat perduli dengan petani di Toba. Sayangnya saya baru dua bulan setengah menjabat sebagai Plt Kadis, jadi bisa dikatakan saya masuk disaat dalam kondisi terburuk," ujar Joni.

Diakunya bahwa Dinas Pertanian saat ini sedang tidak baik - baik saja dan banyak tugas berat yang akan saya lakukan untuk memulihkan kondisi kantor ini selain anggaran yang tidak maksimal untuk Dinas yang saya pimpin dan lain sebagainya.

"Sudah beberapa tahun alat tersebut rusak dan benar ada anggaran perawatan. Tetapi sayang anggaran perawatan tidak diperuntukkan dalam perawatan mesin dan kita tidak tahu dikemanakan anggaran tersebut," tandasnya.

Namun Joni berjanji untuk tahun depan alat tersebut dapat difungsikan, darimanapun anggarannya akan kita usahakan. Semoga saja pimpinan, baik Bupati dan Sekda memperhatikan anggaran untuk Dinas Pertanian kedepannya, sehingga kita dapat mengatasi masalah atau keluhan dari petani di Toba. (Acon)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com