Agak Laen Kutengok (4): Bobby, Prestasi Miskin, Hebohnya Selangit

Sebarkan:
CHOKING SUSILO SAKEH.
KONON, seorang pemimpin dengan tingkat kecerdasaan  --  intelektual, emosional dan spiritual  --  yang rata-rata air, ditambah pula minim prestasi, diduga punya kecenderungan suka bikin heboh. Benarkah begitu, wallahu a’lam.

Dan tulisanku ini adalah tentang Bobby Nasution, Walikota Medan yang telah menyatakan maju sebagai Calon Gubsu pada Pilgubsu 27 November 2024 nanti. Niatku, hanya ingin mengajak warga Sumut kelak menjadi pemiih cerdas pada Pilgubsu tersebut.

Bahwa Bobby menjadi menantu Presiden Jokowi, sesungguhnya bukanlah sebuah kesalahan. Bahkan itu bisa disebut sebagai berkah, yang tidak semua warga Indonesia bisa menikmatinya. Yang salah itu adalah, saat Bobby mendapat kesempatan menjadi Walikota Medan, berkah tersebut tidak dimanfaatkannya untuk mewujudkan “Kota Medan Berkah”, sebagaimana tagline yang diusungnya : “Kolaborasi Medan Berkah”. Yang menonjol terlihat, Bobby malah mengelola Kota Medan dengan sikap “mentang-mentang”.

Sikap mentang-mentang itulah, suka atau tidak, yang kemudian menimbulkan kehebohan demi kehebohan. Kasus Lampu Pocong, misalnya, adalah bukti bagaimana Bobby mengelola Kota Medan dengan sikap mentang-mentang. 

Terakhir, muncul beberapa kehebohan lain. Program Parkir Berlangganan misalnya, terus mengundang perdebatan dan kehebohan. Lalu ada kasus pemerasan (katanya), oleh empat ketua organisasi mahasiswa kepada seorang pejabat Pemko Medan. Dan, catat, nilai pemerasan itu cumalah Rp 40 juta. Terakhir, yang paling heboh, apalagi kalau bukan tentang “Blok Medan” dan penyeludupan nikel.

Kesemuanya itu,  adalah di luar kehebohan demi kehebohan yang sudah terjadi sebelumnya. Misalnya, potensi mangkraknya beberapa proyek di Medan. Diantaranya Revitalisasi Lapangan Merdeka, Revitalisasi Stadion Teladan, Revitalisasi Stadion Kebon Bunga, Islamic Center, dan dua proyek Underpass. Belum lagi proyek U-Ditch yang entah bagaimana ujungnya, matinya beberapa ekor binatang penghuni Kebon Binatang Medan, dan seterusnya.

Lantas, bagaimana warga Sumut menyikapi Bobby Nasution pada Pilgubsu nanti?

Menjadi Cerdas

Maju sebagai Bakal Calon Gubernur Sumut (Bacagubsu) dengan meninggalkan jabatan Walikota Medan, tentulah sah-sah saja dan itu adalah hak sepenuhnya Bobby Nasution. Hingga kini, Bobby pun mampu memborong banyak partai untuk mengusungnya. Itu artinya, warga Sumut pun  --  suka tak suka, mau tak mau  --  sudah disuguhi satu sosok sebagai pilihan pada Pilgubsu nanti.

Maka, tugas kita warga Sumut adalah untuk saling memberitahu tentang apa dan bagaimana sosok yang menjadi salah satu pilihan tersebut. Sesama warga Sumut wajib mengingatkan, apa dan bagaimana sosok Bobby Nasution : rekam jejaknya, terutama selama menjadi Walikota Medan, maupun hal-hal lain di luar kewajibannya sebagai kepala daerah.

Sebagai Walikota Medan, kitapun cukup faham bagaimana kinerjanya selama ini. Pun kita faham, ada atau tidaknya prestasi yang ditorehnya. Yang pasti, awam sudah merasakan bagaimana berantakannya Kota Medan secara fisik saat ini, Kota tanpa Roh, tak nyaman karena begal dan geng motor masih terus berulang, serta berbagai hal lainnya.

Di luar kewajibannya sebagai kepala daerah, maka kita pun disuguhi info tentang “Blok Medan” yang muncul pada persidangan kasus korupsi mantan Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba. Juga info tentang dugaan penyeludupan nikel, yang viral diutarakan pengamat ekonomi Faisal Basri.

Bahwa Bobby Nasution bisa saja menganggap remeh tentang kondisi Kota Medan saat ini, juga menganggap sepele isu Blok Medan maupun Nikel tersebut. Namun, bagi warga Sumut, hal-hal tersebut mestilah mampu membuat kita menjadi  bijak dan cerdas di dalam menentukan siapakah sosok yang layak memimpin Sumatera Utara lima tahun ke depan. 

Yak, kita mesti menjadi Pemilih Cerdas : memilih bukan karena menjilat, memilih bukan karena kultus individu, pun memilih bukan karena terintimidasi. Tapi, memilih berdasarkan akal sehat dan nurani, untuk kepentingan masa depan Sumatera Utara yang lebih baik.

Bahwa Pilgubsu masih menyisakan waktu sekitar lebih tiga bulan lagi. Artinya, masih cukup ruang dan waktu bagi kita, untuk memilah dan memilih dengan cerdas: layakkah Bobby menjadi Gubernur Sumut?

Mangkanya…

----------------------------------------

*Penulis adalah Jurnalis, menetap di Medan.

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com