Produk Ulos, Si Primadona Fesyen Buruan Kontingen PON XXI 2024. |
Salah satu yang mencuri perhatian para kontingen, atlet dan pengunjung PON XXI adalah produk fashion berbahan dasar ulos, kain tenun khas Batak yang kini telah bertransformasi menjadi barang fesyen kekinian.
Dalam festival UMKM yang berlangsung di Lapangan Astaka, Jalan Willem Iskandar, Deliserdang, ulos tampil sebagai bintang yang paling diminati, terutama oleh para atlet yang mencari oleh-oleh unik dari Toba.
Christina Dora, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Toba, mengungkapkan bahwa ulos kini bukan lagi sekadar kain untuk keperluan adat, tetapi telah berkembang menjadi berbagai produk fesyen yang cocok untuk semua kalangan.
"Ulos yang dulu hanya digunakan untuk upacara adat, sekarang sudah jadi fashion (fesyen). Ada baju, tas, dompet, gantungan kunci, hingga gelang tangan untuk anak muda. Semua produk ini disukai oleh para pengunjung, terutama atlet yang ingin membawa pulang oleh-oleh," ujarnya ketika ditemui di penutupan festival UMKM PON XXI, Selasa (17/9/2024).
Kehadiran ulos dalam bentuk yang lebih modern seperti ikat rambut dan gelang tangan ternyata menjadi daya tarik utama. Produk-produk kecil ini dinilai praktis dan ringan, cocok untuk dijadikan oleh-oleh, terutama bagi para atlet yang membutuhkan barang yang mudah dibawa dan tahan lama.
"Mereka lebih suka barang yang simple, seperti gelang tangan, gantungan kunci, atau ikat kepala. Selain mudah dibawa, harganya juga terjangkau," lanjut Christina.
Tak hanya itu, ulos dalam bentuk ikat kepala dan gelang tangan kini menjadi simbol kekinian yang tidak hanya dikenakan oleh masyarakat adat, tetapi juga oleh kalangan anak muda, bahkan atlet dari luar daerah. "Mereka pakai ikat kepala ulos dan gelang tangan ini bukan hanya sebagai oleh-oleh, tapi langsung dipakai selama acara. Jadi selain mempromosikan budaya, kita juga bangga karena ulos telah menjadi bagian dari tren fesyen nasional," tambahnya.
Meski ulos menjadi primadona, produk unggulan Toba lainnya seperti kopi dan sambal Andaliman juga turut mendapat perhatian. Namun, karena alasan kepraktisan, para atlet cenderung lebih memilih fashion ulos daripada produk kuliner.
"Kalau untuk kuliner seperti kerupuk atau sambal, mungkin agak ribet dibawa, apalagi kalau perjalanan jauh. Mereka lebih memilih barang-barang fesyen," ujar Christina lagi.
Di balik suksesnya penjualan produk ulos dan kerajinan tangan lainnya, Christina menyatakan bahwa PON XXI ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga kesempatan emas untuk memperkenalkan kekayaan budaya Toba kepada masyarakat yang lebih luas.
"Kami sangat mendukung acara ini karena ini peluang besar untuk mempromosikan produk unggulan Toba. Semua bidang ikut berpartisipasi untuk mensukseskan acara ini, dan kami bangga bahwa produk Toba bisa mendapatkan tempat di hati para pengunjung," tutupnya.
Dengan demikian, PON XXI bukan hanya mencatat prestasi atletik, tetapi juga menjadi panggung bagi warisan budaya seperti ulos yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Ulos, yang dulunya sakral dalam tradisi Batak, kini menjelma menjadi ikon fesyen yang modern dan digemari oleh banyak kalangan.(Ahmad Rizal)