Ribuan Emak-Emak Datangi Mapolres Taput, Tuntut Tangkap Pelaku Penyebaran Konten Hoaks Asusila. (foto/ist) |
Demikian disuarakan 1.200 perempuan yang tergabung dalam DPW Koalisi Nasional Perempuan Republik Indonesia (KNPRI) Sumatera Utara saat melakukan aksi damai di depan Mapolres Taput, Jalan Letjend Soeprapto No.2, Tarutung, Rabu (6/11/2024).
"Kami hadir dan aksi hari ini, tepatnya di depan kantor Polres Taput ingin menyampaikan beberapa tuntutan. Salah satunya penyebaran foto-foto hoaks asusila terhadap Bunda Satika Simamora yang disebarkan di Kecamatan Sipahutar, tangkap dan segera adili pelakunya," kata Pemimpin Aksi, Murika Ningsih sembari berteriak perempuan tangguh tak bisa dikalahkan.
Pengaduan masyarakat atas konten hoaks asusila terhadap Satika Simamora ini, kata Murika, sudah dilayangkan ke Polres Taput pada 1 Oktober lalu, namun hingga kini kasus dimaksud belum ditangani dengan serius. Ia membandingkan dengan laporan atau dumas dari lawan politik Satika Simamora, yang baru masuk sekitar enam hari sudah ditangkap empat orang terduga pelaku.
"Maka dari itu kami merasa terpanggil sebagai sesama perempuan, sebagai seorang ibu, bahwa apa yang dilakukan pelaku terhadap Bunda Satika Simamora adalah tindakan yang sangat keji, sangat tidak bermoral dan bisa merusak mental generasi muda di bumi Taput ini," katanya dari atas mobil komando.
Kabupaten Taput yang dikenal dengan wisata rohani dan pusat HKBP di Sumut, menurut Murika Ningsih, tidak pantas untuk dikotori dengan perilaku-perilaku tidak terpuji seperti penyebaran konten hoaks asusila. Terlebih dalam musim Pilkada serentak saat ini, janganlah sampai merusak kerukunan dan keharmonisan masyarakat di bumi Taput.
"Untuk itu kami ingin mendengar langsung jawaban dari Kapolres Taput atas kasus ini, sudah sampai di mana komitmen penanganan dan penyelidikan yang dilakukan oleh jajarannya. Kalau memang tidak mampu menangkap siapa pelaku penyebaran konten tersebut, biar kami yang nanti membawakan pelakunya ke Polres Taput ini," katanya.
KNPRI Sumut pada kesempatan itu turut menyampaikan beberapa poin tuntutan antara lain meminta Polres Taput menjaga netralitas selama tahapan Pilkada serentak ini, tegakkan supremasi hukum dan keberpihakan pada korban, hapuskan segala bentuk ketidakadilan, penindasan dan intimidasi perempuan akibat sistem yang patriarkis, stop kriminalisasi terhadap kepala desa dan camat selama proses pesta demokrasi ini, hingga berantas gembong narkoba dan peredaran barang haram tersebut sampai ke akar-akarnya.
"Perempuan juga manusia yang patut dihargai dan dihormati. Kami perempuan butuh perlindungan bukan kecaman. Yang melahirkan peradaban tidak pantas dilecehkan. Untuk itu sekali lagi, demi menjaga kondusifitas di bumi Taput, kami meminta Polres Taput tangkap Tulus Nababan dan Bahari Simanjuntak terduga penyebaran konten hoaks asusila terhadap Satika Simamora," kata Murika.
Prioritaskan
Selain Murika, beberapa orator menyampaikan orasi secara bergiliran dengan tuntutan seperti yang mereka dengungkan sejak mulai bergerak dari Tugu Lonceng Kota Tarutung, sebagai titik kumpul massa sejak pukul 09.45 WIB.
Sekitar satu jam berorasi, Kasatreskrim Polres Taput Iptu Arifin Purba, hadir menemui massa aksi dari kaum perempuan itu. Dikatakannya bahwa Kapolres Ernis Sitinjak sedang berada di Jakarta untuk mengikuti agenda presiden. Ia lantas mempersilahkan 10 perwakilan dari massa aksi untuk masuk ke ruangan aula, guna menjawab tuntutan mereka.
"Kami tadi sudah jelaskan terkait perkembangan perkara yang sedang kami tangani dan ibu-ibu aspirasikan hari ini, untuk perkara (penyebaran konten hoaks) ini kami tindaklanjuti dan kami prioritaskan," kata Arifin Purba.
Lebih jelasnya lagi, imbuh dia, bisa ditanyakan ke tim hukum pemenangan Satika-Sarlandy yang ikut dalam mediasi antara pihaknya dan massa aksi.
"Untuk lebih lanjutnya lagi, ibu-ibu dan kakak-kakak saya, lebih pas nanti akan dijelaskan oleh Kak Rosdiana selaku kuasa hukum," ujarnya.
Massa aksi sebelumnya berkumpul dan melakukan long march dari Tugu Lonceng Kota Tarutung menuju Mapolres Taput dengan memakai perangkat sound system, tanda pengenal berupa pita putih, serta puluhan spanduk dan poster yang berisikan tuntutan atas aksi mereka.
Sembari menunggu perwakilan keluar dari kantor Polres, mereka bernyanyi dan berjoget ria dengan diiringi musik-musik perjuangan terhadap kaum perempuan dan penindasan. Sekitar dua jam lebih melakukan aksi damai tersebut, seribuan massa akhirnya membubarkan diri secara tertib dan teratur.(Rel/MM)