Pelatihan pemandu keselamatan wisata. (foto/ist) |
Pelatihan pemandu keselamatan wisata tirta diikuti 40 peserta dari berbagai kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan komunitas penyelam yang ada di Kabupaten Toba, upaya membangkitkan pariwisata kawasan Danau Toba, terlebih Kabupaten Toba.
Kadisbudpar Kabupaten Toba, Rusti Hutapea menyampaikan, bahwa pelatihan pemandu keselamatan wisata tirta ini merupakan yang perdana dilaksanakan di Kabupaten Toba semenjak Danau Toba ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Rusti berharap, semua peserta mengikuti seluruh rangkaian pelatihan mulai dari awal hingga akhir.
"Kegiatan ini sudah direncanakan sejak tahun 2023 lalu namun karena ada regulasi pemerintah RI yang berubah di pertengahan tahun, kegiatan ini sempat tertunda dan baru bisa terlaksana hari ini. Untuk itu saya mengingatkan semua peserta agar benar-benar mengikuti dari awal hingga akhir, sehingga ilmunya nanti bisa diterapkan di masing-masing desa atau komunitas," ujar Rusti.
Pelatihan ini dilaksanakan, imbuh Rusti, mengacu pada potensi bencana dan kecelakaan di obyek wisata air yang ada di Kabupaten Toba. Rusti berharap, kegiatan ini dapat ditingkatkan, dimana pesertanya akan diusulkan untuk mengikuti sertifikasi pemandu keselamatan wisata tirta nasional.
"Selesai pelatihan ini, nanti akan keluar sertifikat, maka seluruh peserta akan kami usulkan agar disertifikasi secara nasional. Jadi jika ada korban bencana di obyek wisata baik sungai dan danau, maka peserta ini yang pertama ada di lokasi dan menjadi garda terdepan untuk melakukan pertolongan pertama," tutur Rusti.
Plt. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Robert Manurung, SH, sebagai Nara Sumber menyampaikan materi dengan judul Menyusun Rencana dan Mempersiapkan Kegiatan Sesuai SKKNI.
"Dalam mengelola obyek wisata, pelaku wisata harus membekali diri dengan Sandar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Tujuannya tentu agar semua pelaku wisata memahami managemen pengelolaan obyek wisata agar memenuhi standard keselamatan. Hal ini sangat penting dipahami agar desa wisata itu tertata dengan baik," terang Robert.
Keselamatan pengunjung menjadi prioritas pelaku wisata, maka Robert pun menekankan agar SOP penanganan korban benar-benar dipahami. Analisis SWOT dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan obyek-obyek wisata di Toba.
"Jadi, analisis SWOT sebagai tehnik untuk mengevaluasi itu harus bisa dilakukan dan dikuasai oleh pemandu wisata. Jika itu sudah terpenuhi, saya yakin obyek-obyek wisata di kabupaten Toba akan semakin maju," imbuhnya sembari menjelaskan lebih rinci terkait SWOT yaitu Streight (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (keberuntungan) dan treats (ancaman).
Dia juga meminta agar para pemandu wisata bisa mengarahkan pengunjung untuk menaati aturan yang berlaku di area obyek-obyek wisata. Himbauan dan penjelasan yang diberikan di awal merupakan langkah pertama pencegahan terjadinya masalah atau kecelakaan bagi pengunjung.
"Berilah pelayanan yang terbaik sehingga wisatawan itu mendapatkan kesan yang baik. Jika mendapatkan kesan baik, bisa dipastikan mereka akan datang kembali membawa lebih banyak orang untuk berwisata, dengan demikian wisata kita pasti akan maju dan berkembang," tandas Robert. (ac)