TAPUT (MM) - Kepolisian Resort Tapanuli Utara (Taput) membenarkan bahwa ada laporan polisi ke pihaknya yang telah mengendap satu bulan lebih. Yakni dugaan pengeroyokan terhadap aparatur sipil negara di Pemkab Taput oleh oknum anggota OKP (Organisasi Kepemudaan).
Demikian disampaikan Kapolres Taput, AKBP Ernis Sitinjak melalui Kepala Seksi Hubungan Masyarakat, Aiptu Walpon Baringbing. "Ya, benar ada," katanya menjawab wartawan, Selasa malam (5/11/2024).
Walpon Baringbing belum bersedia menjelaskan soal kedudukan hukum dan progres atas laporan polisi dimaksud. Ia menyarankan wartawan untuk menanyakan langsung kepada penyidik yang menangani kasus itu.
"Untuk lebih jelasnya, besoklah soal data akurat dan langkah-langkah yang sudah dilakukan penyidik menindaklanjuti laporan ini," ujar Baringbing.
Kasus ini sebagaimana tertuang dalam Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) Nomor: STTLP/187/X/2024/SPKT/Polres Tapanuli Utara/Polda Sumatera Utara tertanggal 1 Oktober 2024. Namun hingga kini, Polres Taput belum ada menangkap satu orang pun terduga pelaku pengeroyokan tersebut.
"Jadi baru sebatas pemanggilan saksi-saksi saja yang diperiksa oleh Polres Taput. Saya mendengar 1 November kemarin, Polres Taput ada kembali memanggil saksi untuk menindaklanjuti LP saya," kata AH, korban atau pelapor kasus pengeroyokan.
Pria 38 tahun yang minta identitasnya ini dirahasiakan, mengaku dikriminalisasi oleh beberapa oknum anggota salah satu OKP di Taput. Padahal dia merasa tidak pernah ada berbuat salah kepada mereka, termasuk DS selaku Ketua salah satu OKP di Taput.
"Akibat kejadian itu, saya sempat syok dan sempat menyewa rumah selama satu minggu. Terus terang bang, karena para pelaku juga belum ditangkap sampai hari ini, saya menjadi merasa terancam dan terintimidasi. Saya minta agar Polres Taput segera menangkap para pelaku penganiayaan terhadap saya," katanya kepada wartawan, Selasa siang (5/11/2024).
Aksi kriminalisasi terhadap dirinya, diakui ASN Pemkab Taput ini, terjadi pada awal Oktober lalu. Saat itu ia sedang duduk-duduk di salah satu kedai dekat terminal Tarutung bersama teman-temannya.
"Lalu ada seorang pria yang menyenggol saya, saya pun kaget sambil menegur pria tersebut. Lantas teman saya bilang yang menyenggol saya adalah temannya dan merupakan anggota oknum anggota OKP. Lantas saya bilang kenapa rupanya kalau anggota OKP jadi suka-sukanya di terminal ini? Tidak senang dengan ucapan saya itu, pria tersebut menelepon temannya.
Lalu datanglah dua mobil, satu mobil ber-branding Ormas salah satu OKP di Taput dan satu mobil lagi ditumpangi ketua OKP Taput teraebut, DS," ungkap AH.
AH juga mengungkapkan sebelum kejadian yang menimpa dirinya, penganiayaan serupa pernah dilakukan oknum anggota OKP di Taput tersebut terhadap anak buahnya. Peristiwa tersebut terjadi sekitar Agustus lalu.
"Itu bermula saat anggota saya baru pulang dari tugas dan terjadi di kantin kantor kami. Lalu datang oknum anggota OKP tersebut yang sudah mabuk itu kemudian kencing di samping mobil anggota saya. Personil kami sempat melarang supaya tidak buang air kecil sembarangan karena ada kamar mandi di belakang," kata dia.
Meski sudah tiga kali diperingatkan, oknum anggota OKP tersebut tak menghiraukan dan langsung emosi serta memukul anak buahnya. Setelah dipukul, temannya dua lagi ikut memukuli personilnya tersebut.
"Jadi tiga lawan satu. Kebetulan lari juga satu orang dari atas cafe dan diikut beberapa personil kami lainnya, tiga orang lagi anggota saya di kantin yang ikut melerai justru ikut dipukuli oknum OKP tersebut. Kejadiannya malam hari waktu itu," ungkapnya.
Pelakunya saat itu menurut dia ada tiga orang dan memakai mobil ber-branding salah satu OKP di Taput. Usai membuat keonaran dan memukuli anggotanya, mereka mengancam supaya jangan pernah membuat pengaduan dan laporan atas peristiwa tersebut.
"Mungkin karena merasa diintimidasi jadi mereka tidak melaporkan. Karena tidak ada respon atau tindak lanjut dari kami, mereka pun jadi kebiasaan melakukan intimidasi terhadap kami. Padahal kami tidak pernah berbuat salah kepada mereka. Tapi mereka kerap melakukan penyerangan dan intimidasi kepada kami," pungkas AH.(Rel/MM)