![]() |
Ketua MUI Batu Bara, H.M. Hidayat, LC. (foto/ist) |
Dijelaskan Hidayat, secara umum penyakit AIDS yang disebarkan virus HIV terkait dengan moralitas. Meskipun faktor lain yang tidak bisa dikesampingkan seperti penularan dari pasangan tidak sah ke pasangan sah, dari ibu ke anak dari jarum suntik dan lain lain.
"Yang berkaitan dengan moral ini yang jadi perhatian kita. Islam sudah tegas di dalam Al Quran melarang manusia mendekati zinah. Mendekatinya saja tidak boleh apalagi melakukannya, " pungkas Hidayat kepada medanmerdeka.com, Sabtu (31/5/2025).
Lebih lebih lagi saat ini mulai berkembangnya penganut suka sesama jenis (LGBT) menurut literasi yang ada kelompok seperti ini sangat rentan terjangkit HIV. Begitu juga dengan pemakai narkoba yang menggunakan alat seperti suntik, kemudian alat ini dipakai bersama sama ini juga resiko tinggi.
Untuk itu MUI Batu Bara mengimbau masyarakat agar menjauhi maksiat, karena apapun maksiatnya akan mengundang murka Allah SWT. “Murka Allah itu bisa berupa bencana, bisa berupa penyakit dan HIV ini kita yakini adalah bagian dari pada itu,” pesannya.
Oleh karena itu, untuk memberantas penyakit ini, Hidayat mengajak seluruh stakeholer dan lapisan masyarakat untuk benar-benar menjaga keluarga, anak dan lingkungan untuk menjauhkan genearasi muda dari pergaulan bebas. “Mari kita sama-sama mencegah hal ini, paling tidak di lingkungan keluarga maupun tempat tinggal masing-masing,” ujarnya.
Sebagaimana diberitakan, Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Batu Bara mencapai 83 orang hingga Mei 2025. Penyebab utama penyakit HIV di Batu Bara dikarenakan hubungan sesama jenis atau Lelaki Sama Lelaki (LSL) atau LGBT.
Kabid Pengendalian Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Batu Bara, Budi Junarman Sinaga mengatakan, jika dilihat dari table maka ada penambahan dari tahun sebelumnya.
Dijelaskan Budi Junarman, penanganan penderita HIV-AIDS dilakukan oleh konselor secara rahasia, yaitu dengan penggunaan beberapa obat antiretroviral untuk mengendalikan infeksi HIV. Terdapat beberapa golongan obat antiretroviral berdasarkan tahapan hidup dari virus HIV.
“Kendalanya selama ini pasien bersangkutan tidak melakukan pengobatan secara rutin, bahkan ada yang pindah domisili,” ujarnya.
Namun berdasarkan analisa, penyebab HIV di Batu Bara, dominan dikarenakan penyuka sesama jenis. Penderita HIV sudah pasti terkena penyakit penyerta seperti TBC Karena imunitas tubuhnya lemah dan rentan terhadap Virus.
Selain penanganan pasien HIV, Dinas Kesehatan Batu Bara memperkuat sosialisasi pencegahan dan penyuluhan dengan sasaran kalangan remaja, siswa SMP, SLTA sederajat. Teranyar sosialisasi penyluhan dan tes di wilayah tanah Medan. “Hasil tes tidak untuk dipublis, yang tau hanya konselor dan pasien bersangkutan,” ujar Budi Junarman Sinaga.
Virus HIV ini sulit terdeteksi, bahkan bisa 2 tahun ke depan setelah melakukan pemeriksaan. Gejalanya salah satunya batuk tak sembuh, mulut berjamur dan TBC. "Jika ini ditemukan oleh tim Puskesmas, maka harus dilakukan pendekatan oleh tim konselor," terangnya.
Sulitnya selama ini, pendeita HIV selalu tertutup sehingga tim konselor harus melakukan pendekatan lebih lama. "Mereka tidak terbuka berhubungan dengan siapa, jadi untuk mengungkapnya harus butuh waktu," terangnya. Oleh karena itu, pendeita HIV harus diskonseling seumur hidup dalam enam bulan sekali. (zein)