![]() |
Choking Susilo Sakeh. (foto/ist) |
YAKINLAH, tak lama lagi ada keputusan bahwa Blok Singkil tetap menjadi milik Rakyat Aceh. Artinya, kegaduhan akibat Blok Singkil dijadikan milik Blok Medan, pun akan berakhir.
Memang, sepanjang 11 tahun pemerintahan di negeri ini suka melawak : suka-suka dan lawak-lawak. Entah kapan ada hujan membadai, tak ada petir menggelegar, pun tak pernah ada perdebatan keras sebelumnya, tiba-tiba meledak kabar : empat pulau di Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh -- Pulau Panjang, Lipan, Mangkir Gadang dan Pulau Mangkir Ketek -- diserahkan Mendagri menjadi milik Provinsi Sumatera Utara, melalui Kepmendagri No. 300.2.2-2138 Tahun 2025 tertanggal 25 April 2025.
Publik pun heboh, terutama tentunya warga Aceh dan Sumut.
Kabar yang konon berbau amis itu, tersebar ketika Gubernur Sumut Bobby Nasution menemui Gubernur Aceh Muzakir Manaf di Banda Aceh, Rabu (4/6/20256). Dalam pertemuan yang dihadiri Gubernur Aceh Muzakir Manaf hanya beberapa menit saja itu, Bobby mengajak Mualem, panggilan akrab rakyat Aceh untuk Muzakir Manaf, untuk secara bersama-sama mengelola keempat pulau tersebut. Wow…
Maka, berseliweranlah beragam pernyataan. Dari tokoh nasional dan terkenal hingga dari sosok entah sesiapa. Dari SBY, JK, beberapa anggota DPD RI dan DPR RI, beberapa Menteri dan Wakil Menteri, beberapa tokoh lokal Aceh dan Sumut. Dari pernyataan yang santun dan renyah, hingga yang berlepotan dan sampah.
Dari semua pernyataan tentang Blok Singkil yang diserahkan ke Blok Medan tersebut, bisa ditarik satu kesimpulan sementara, bahwa mayoritas pernyataan tersebut menyesalkan keputusan Mendagri yang dianggap tidak bijak dan provokatif. Stigma dan persepsi buruk tentang ‘Geng Solo’ yang tak memperdulikan etika demi syahwat kekuasaan dan cuan, semakin menyubur karena mendapat pupuk jempolan dari kasus Blok Singkil ini.
Selain mungkin ada potensi migas di empat pulau ini, konon -- seperti pernyataan LBP (Kompas TV, Minggu 15/6/2025) -- ada investor Abu Dhabi yang berminat membangun resort di Blok Singkil. Investasi ini takkan terwujud jika Blok Singkil milik Aceh, karena Aceh punya Qanun Syariah. Lalu, publik menemukan bau amis : Geng Solo harus memindahkan Blok Singkil menjadi milik Sumut, agar cuan segera menjadi nyata.
Mangkanya…
*
Kegaduhan Blok Singkil juga telah memperlihatkan perbedaan kelas dan kualitas antara Bobby dengan Mualem. “Kalau ilmu setinggi tegak, jangan langit hendak digapai,” tulis Hasan Basri, tokoh pendidik Sumut asal Melayu Langkat, di akun ig milikku, Senin (16/6/2025).
“Kelasnya jelas berbeda,” tulis Ahmady Meuraxa, warga Sumut jurnalis senior dan aktivis HAM Aceh, di akun Fb-nya Minggu (15/6/2025). Menurut Ahmady, Mualem merintis karir berjuang bersama rakyat memimpin GAM (Gerakan Aceh Merdeka) sebelum perdamaian tahun 2005. “Tubuhnya penuh goresan darah demi mempertahankan kedaulatan Aceh. Mentalnya sekuat baja”, tulis Ahmady.
Sedangkan Bobby, kata Ahmady, tidak jelas latar belakang perjuangannya dengan rakyat. Kalau mau jujur, rakyat Sumut tidak mengenal Bobby kalau saja dia tidak menikah dengan putri Jokowi, Kahiyang Ayu pada November 2017. Bobby memenangkan Pilkada Medan 2020 dan Pilkada Sumut 2024, “Sarat kontroversi karena peran kekuasaan begitu aktif bermain di belakang. Hadirnya istilah ‘Partai Coklat’ tidak lepas dari kisah dua pilkada ini”, tulis Ahmady lagi.
Dengan latar belakang seperti itu, jelaslah Mualem dan Bobby beda kelas. Keduanya tidak sepadan duduk bersama. “Kalau Mualem enggan berdialog membahas empat pulau dengan Bobby, harap difahami ya. Sudah sangat terhormat bagi Bobby karena Mualem sempat menyambutnya dengan hangat dan senyum. Setelah itu, ya harus ditinggalkan karena, maaf ya, beda kelas”.
Zahrin Piliang, aktivis senior dan tokoh KAHMI Sumut “Urang Pasisi” Pantai Barat Tapanuli Tengah, juga mengutarakan pemikirannya yang menarik di akun Fb-nya, Minggu (15/6/2025). Hubungan masyarakat Barus, Sorkam, Sibolga, Jago-jago dan sekitarnya di Tapteng dengan Kualo Baru, Gosong Telaga, Lipat Kajang, Rimou, Pulau Banyak dan sekitarnya di Aceh Singkil, sudah terjalin erat sejak dahulu kala. “Kami memiliki tokoh hebat yang sama, bernama Hamzah Fansuri, yang di Singkil diabadikan sebagai nama bandara. Sedang di Tapteng diabadikan sebagai nama sejumlah bangunan dan nama jalan”, tulis Zahrin.
Zahrin pun menyebut Gubernur Aceh Mualem itu pernah menjadi Panglima GAM. Sedangkan Bobby dikenal karena dia menantu Mulyono, lalu Mulyono tanpa malu mendudukkan Bobby menjadi Walikota Medan. Kemudian lewat Parcok Bobby duduk menjadi Gubernur Sumut. “Anda tak tahu apa-apa tentang empat pulau itu. So, jangan ganggulah hubungan baik kami Urang Pasisi Tapteng dengan saudara kami Aneuk Jamee di Aceh Singkil”, tulis Zahrin lagi.
Dari postingan Ahmady Meuraxa dan Zahrin Piliang serta banyak lagi postingan lainnya di media sosial tentang Blok Singkil ini, semakin meneguhkan bagaimana kaleng-kalengnya kelas dan kualitas Bobby Nasution. Lucunya, penilaian itu diberikan oleh banyak warga Sumatera Utara, terkhusus Kota Medan, tempat dimana Bobby pernah menjadi Walikota dan kini menjadi Gubernur.
Mangkanya…
*
Satu hal lagi yang bisa dicatat dari kegaduhan Blok Singkil ini, yakni banyaknya respon masyarakat melalui postingan di media sosial. Dan dari sekian banyak postingan tersebut, mayoritas masyarakat -- di Aceh maupun di luar Aceh -- tegas mendukung Mualem dan rakyat Aceh, serta minta Presiden Prabowo segera menganulir Keputusan Mendagri yang bau amis tersebut.
Hanya segelintir kecil postingan yang mendukung Bobby. Mereka yang segelintir ini, adalah para pendukung dan ternakan. Sebab, ciri-cirinya gampang diketahui dan sama persis dengan para ‘Termul”.
Tapi, biarkanlah. Sebab, kasus Blok Medan takkan berakhir senyap ke laut begitu saja. Sedangkan Blok Singkil, tetap aman menjadi milik Aceh.
Mangkanya…
---------------------------------------
*Penulis adalah Jurnalis Utama sertifikasi Dewan Pers; warga Kota Medan.