![]() |
Choking Susilo Sakeh. (foto/dok mm) |
SEBAGAI warga Kota Medan, pernahkah kita mendengar, membaca atau melihat Walikota Medan Rico Waas cakap-cakap atau sekedar omon-omon tentang tingkat kemacetan di jalanan Kota Medan, juga tentang tawuran antarwarga di kawasan Medan Utara?
Dalam beberapa hari lagi, akan genaplah lima bulan warga Kota Medan memberi amanah kepada Rico Waas sebagai Walikota Medan, sekaligus memberi gaji dan fasilitas untuk jabatannya tersebut. Di sepanjang waktu tersebut, pastilah jumlah omon-omon Rico Waas semakin bertambah banyak pula. Mungkin pula sudah berbuih-berbusa. Dan potensi omon-omon Rico Waas untuk benar-benar menjadi omong kosong, pun menjadi semakin membesar.
Ada pendapat, konon cara paling gampang agar seorang kepala daerah, semisal Walikota Medan, dianggap telah bekerja dan bisa bekerja, adalah dengan omon-omon. Baik omon-omon dengan menerima audiensi, omon-omon dengan menghadiri acara hura-hore, omon-omon tinjau sana-sini atau omon-omon di momen apapun itu. Apakah kemudian omon-omon tersebut semuanya akan berakhir menjadi omong kosong, itu soal bagaimana nanti saja. Yang penting, dengan omon-omon, diharapkan seorang kepala daerah terlihat telah bekerja dan bisa bekerja.
Pada tulisanku sebelumnya, “Medan, Ultah dan Omon-omon” (medanmerdeka.com, Senin 30 Juni 2025), kusebutkan, omon-omon sepertinya menjadi satu-satunya tugas utama Rico Waas sebagai Walikota Medan. Baik omon-omon saat menerima audiensi, omon-omon saat acara hura-hore, ataupun omon-omon ketika meninjau kesana-sini. Karenanya, tugas omon-omon tak boleh diwakili oleh Wakil Walikota atau Kepala Dinas atau Camat, apalagi cuma sekelas Lurah, meskipun omon-omon itu hanya tentang sunat massal 100 anak-anak. Pokoknya, motto Walikota Medan Rico Waas adalah : tiada hari tanpa omon-omon.
Adapun aspek lainnya, seperti tawuran antarwarga di Belawan, lalulintas yang macet, begal-maling dan premanisme, kacau-balaunya parkir, banjir dan genangan air, kondisi jalan kota yang rusak, pengangguran dan tingkat kemiskinan serta berbagai hal lainnya yang berdampak langsung kepada kemashlahatan warga kota, seakan itu cumalah kerja sambilan Walikota Medan.
Apesnya, walau cuma sekedar omon-omon pun, hingga kini Rico Waas tak pernah sekalipun omon-omon tentang kemacetan di jalanan Kota Medan, tentang tawuran antarwarga di Kawasan Medan Utara yang terus berulang, atau tentang hal-hal teramat penting lainnya. Pun, tak pernah terkabar Rico Waas mengunjungi kawasan rawan tawuran atau kawasan rawan macet tersebut.
Ternyata, untuk sekedar omon-omon pun, sepertinya harus dipilih materi omon-omon yang ringan-ringan saja : omon-omon sambil bisa hura-hore, omon-omon sembari bisa nyanyi dan nari, omon-omon sambil selfi, omon-omon yang tak membuat bertambahnya kerutan di kening.
*
Kenapa macet dan tawuran?
Aku memilih dua aspek ini dari sekian banyak aspek penting lainnya yang menyangkut kemashlahatan warga Kota Medan, warga yang berkontribusi mengisi pundi-pundi kas Pemko Medan.
Tentang kemacetan di jalanan Kota Medan, misalnya. Survei Tom Tom Trafix Index 2024 yang dirilis Januari 2025 lalu, menempatkan Medan menjadi kota termacet kedua di Indonesia, di bawah Bandung sebagai termacet pertama. Rata-rata waktu tempuh per 10 kilometer di Kota Medan adalah 32 menit 3 detik. Sedangkan rata-rata waktu tempuh per 10 kilometer di Kota Bandung, adalah 32 menit 37 detik.
Prihal kemacetan lalulintas di Kota Medan ini, pernahkah Pemko Medan menghitung, berapa kerugian warga Kota Medan akibat kemacetan tersebut? Adakah upaya Pemko Medan melakukan perbaikan manajemen lalulintas di Kota Medan, termasuk parkir yang menjadi salah satu penyebab kemacetan tersebut? Dan, masih beragam pertanyaan-pertanyaan lainnya tentang kemacetan di jalanan Kota Medan ini layak dilontarkan ke Pemko Medan.
Begitu pula soal tawuran antarwarga yang terus terjadi berulang di Kawasan Medan Utara, terkhusus Belawan. Korban tewas dan luka-luka, terus terjadi. Dan penyelesaian aksi tawuran ini, tetap saja dengan pendekatan keamanan yang dilakukan fihak kepolisian. Adakah upaya serius Pemko Medan menyelesaikan masalah tawuran antarwarga tersebut secara komprehensif?
Yak, pernahkah Walikota Medan Rico Waas omon-omon tentang masalah macet dan tawuran di wilayahnya?
*
Sebagai warga Kota Medan, kita dengan mudah menemukan Walikota Medan Rico Waas sudah beratus kali omon-omon tentang berbagai hal remeh-temeh, terutama yang bersifat hura-hore. Bahkan, untuk acara-acara bersifat hiburan, dimana Rico Waas bisa membuka acara sekaligus bisa sambil ikut menyanyi-menari, Rico Waas terlihat aktif memimpin rapat persiapan teknisnya.
Sayangnya, hingga kini, kita tak pernah mendengar Walikota Medan Rico Waas omon-omon tentang Kemacetan di Kota Medan, juga tentang tawuran antarwarga di Kawasan Medan Utara. Apalagi sampai melihat Rico Waas memimpin rapat teknis penanggulangan kemacetan dan tawuran antarwarga tersebut.
Selain soal kemacetan dan tawuran, tentu masih banyak aspek lainnya yang jauh lebih penting diurus karena menyangkut kemaslahatan warga Kota Medan. Ketimbang sekedar menggelar acara hura-hore berbiaya miliaran rupiah uang rakyat, di Kesawan atau Lapangan Merdeka yang masih berantakan itu.
Dan, prihal materi maupun kualitas omon-omon seseorang, sepenuhnya sangat tergantung dengan kualitas orang tersebut.
Mangkanya…
---------------------------------------
*Penulis adalah Jurnalis Utama, warga Kota Medan.