PADANG - Indonesia kaya dengan seni berolah vokal yang dimiliki oleh setiap daerahnya, salah satunya adalah Dendang Minang. Untuk ikut melestarikan irama vokal khas Minangkabau tersebut, Edi Piliang, Penyanyi Senior asal Kota Padang merilis lagu Cinto Babaluik Luko, pada Rabu, 1 Desember 2021 di platform musik digital.
Edi Piliang kepada wartawan mengatakan, dendang adalah irama vokal
yang sudah menjadi ciri khas bagi Minangkabau dalam kesenian tradisinya, dan
merupakan sebuah kekayaan budaya bagi Indonesia. Ia sebagai generasi penerus
ingin ikut melestarikannya dan mengajak generasi muda agar selalu menyenangi
dendang.
Seperti dijelaskan oleh Edi Piliang, kata-kata yang dikeluarkan
secara berulang-ulang akan menimbulkan irama khusus. Irama khusus tersebut
berkembang menjadi dendang. Menurut daerah asalnya, dendang dapat dikelompokkan
menjadi dendang Luhak Tanah Datar, dendang Luhak Agam, dendang 50 Kota, dan
dendang Pesisir. Menurut iramanya, dendang dapat dikelompokkan menjadi
dendang ratok, dendang tari, dendang kaba, dan dendang salawat dulang.
Menurut Edi Piliang, lagu Cinto Babaluik Luko termasuk dalam kelompok dendang
ratok.
“Saat ini ada kecenderungan para musisi Minang untuk merilis
karya-karya baru dengan menggunakan irama vokal lain, dari sekian banyak karya
baru yang mereka rilis sebaiknya selalu ada dendang Minang-nya, sebagai bentuk
upaya bersama dalam pelestariannya,” kata Edi Piliang.
Lebih lanjut Edi Piliang mengatakan, situasi tersebut bisa saja
dipicu oleh adanya instrumen musik digital yang dapat menghasilkan suara alat
musik apapun secara instan. Perkembangan teknologi tentu tidak dapat dielakkan.
Akan tetapi, banyak arranger musik yang mungkin masih kurang memahami
seperti apa cara penggunaan alat musik yang sebenarnya yang ada pada instrumen
musik digital yang mereka mainkan tersebut. Sebagai contohnya, yaitu;
talempong, saluang, dan bansi. Edi Piliang berharap mereka memahami terlebih
dahulu cara memainkan alat musik manual tersebut sebelum membuat musik dengan
instrumen musik digital, agar hasilnya bisa sesuai dengan suara asli alat-alat
musik tersebut.
Edi Piliang telah memulai karir musiknya sejak tahun 80-an, lebih
dari 10 album lagu Minang telah ia rilis. Dalam berkarya, ia konsisten untuk melahirkan
karya lagu Minang, karena ia merasa lagu Minang mempunyai lirik dengan banyak
kata istilah, ada sindiran juga nasihat melalui pepatahnya. Ia mengaku tertarik
menyanyikan lagu Cinto Babaluik Luko karena lagu tersebut mengangkat kisah
cinta antara si kaya dengan si miskin.
Lagu Cinto Babaluik Luko ditulis oleh Iswandi, S.H, seorang
Penulis lagu Minang yang dikenal dengan karya-karya lagunya yang dapat
menerbitkan air mata. Musiknya diaransemen oleh Hen Parcha di studio musik Soni
Audeo Record – Padang.
“Dengan gaya vokal dendang ratok rasanya mudah meyakinkan perasaan
pendengar untuk dapat membaur dengan lagu Cinto Babaluik Luko,“ kata Edi
Piliang.
Pada kesempatan yang sama, Iswandi, S.H. mengatakan, “Inspirasi
lagu Cinto Babaluik Luko saya peroleh dari ide yang melintas dari pikiran saya
pada tahun 90-an lalu, dan lagu tersebut sudah sering saya ganti liriknya.
Malahan, pada tahun 2020 kemarin juga pernah direkam oleh pak Edi Piliang.
Semoga produksi terbarunya yang dirilis diujung tahun 2021 ini dapat diterima
oleh masyarakat luas dan dapat menghibur, tentunya.”
Iswandi, S.H. juga mengatakan bahwa dendang ratok yang ia gunakan
dalam menulis irama lagu Cinto Balauik Luko agar pesan lagu lebih tersampaikan.
Lagu tersebut ia percayakan untuk dinyanyikan Edi Piliang karena karakter dan
cengkok vokal yang dimilikinya.
Tentang perkembangan industri musik saat ini, Iswandi, S.H.
mengatakan, “Para musisi Minang saat ini memiliki kecenderungan untuk membuat
musik secara digital, karena lebih simpel dan tidak banyak melibatkan
pemain. Menurut saya secara pribadi, sebetulnya saya lebih memilih pengisian
musik secara manual. Kenapa ? Ya, karena hasilnya tentu beda dengan
menggunakan alat musik sebenarnya. Sebagai contoh, lagu Cinto Babaluik Luko
yang saya tulis tersebut musiknya dibuat oleh Hen Parcha dengan menggunakan
alat-alat musik manual, hasilnya dah pasti beda,” kata Iswandi, S.H.
Sementara itu Hen Parcha mengatakan, tantangan dalam mengaransemen
musik lagu Cinto Babaluik Luko ada pada saat pengisian suara saluang, karena
harus dipadukan dengan melodi gitar. Ia harus mampu menempatkan
suara saluang dengan tepat, agar lagu tersebut memiliki komposisi yang
makin kuat, enak didengar, dan melekat di hati pendengarnya.
“Sebagai inovasi dan sajian baru bagi penikmat lagu Minang, melodi
gitar lagu Cinto Babaluik Luko saya beri rasa yang lebih kental, kemudian saya
padukan dengan suara saluang dan talempong, agar aransemen musik padu dengan
lagunya,” kata Hen Parcha. (m.fadhli)