ACEH - Sesuai dengan laporan dari Satgas Covid-19 Provinsi Aceh bahwa baru - baru ini akumulasi kasus Covid-19 di daerah ini mencapai 38.423 kasus dengan 2.066 (5,38%) kematian. Angka usia yang paling banyak terkena Covid-19 adalah umur 15–45 tahun.Kematian karena Covid-19 di Provinsi Aceh menduduki peringkat ke-5 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, berdasarkan hasil laporan Satgas Covid-19 Indonesia.
Kebanyakan perilaku masyarakat Aceh yang lebih banyak menunggu sakit berat dulu baru kemudian masuk RS, dan para orang tua dan lansia umur di atas 50 tahun adalah yang paling banyak yang meninggal dunia. Akhir-akhir ini pun masyarakat kembali dihebohkan dengan varian baru Virus Covid-19 yaitu Omicron.
Virus ini sangat membahayakan, mulai muncul di Afrika dan Eropa dan sangat menular. Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman memperkirakan Omicron sudah ada di Indonesia.Untuk mencegah penularannya kita harus memvaksinasi seluruh warga dan tetap menjaga protokol kesehatan, dengan selalu menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta mengurangi keluar rumah, jika tidak perlu.
Analisisnya terkait keberadaan varian baru itu sudah ada di tengah masyarakat, karena daya sebar Omicron yang supercepat. Apalagi, negara tetangga Indonesia sudah mendeteksi varian tersebut seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Namun mengutip pernyataan resmi Kementerian Kesehatan melalui Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI dr.Siti Nadia Tarmizi, M.epid, bahwa dari hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) atau pemeriksaan laboratorium terhadap semua varian virus Covid-19 yang terus dilakukan pemerintah secara intensif, varian baru Covid-19 Omicron belum terdeteksi di Indonesia.
Informasi ini sekaligus mengklarifikasi sejumlah pemberitaan yang mengatakan adanya pasien yang terpapar varian baru Omicron. Namun demikian, kita terus harus mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan jangan sampai lengah dalam menjalankan protokol kesehatan yang ketat.
Untuk program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dan di Aceh sudah dimulai pada pertengahan Januari tahun 2021 oleh Presiden Jokowi.Tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan kekebalan tubuh sehingga bila terkena Covid-19 pun tidak akan sakit berat sampai meninggal.
Vaksinasi ini dimulai terhadap tenaga kesehatan terlebih dahulu, dikarenakan mereka merupakan yang paling mudah terpapar, kemudian para petugas publik disertai para lansia yang memang sangat beresiko terkena Covid-19, baru yang terakhir sasarannya adalah masyarakat umum dan para pelajar.
Yang sedang terjadi di Aceh adalah sampai tanggal 10 Desember 2021, capaian vaksinasi dosis 1 baru sampai 43%, terendah kedua se-Indonesia, di depan Provinsi Papua.
Bila dengan perbandingan geografis sulit seperti Provinsi Kepulauan Riau maka mereka sudah hampir 95% dosis 1, atau dengan kharakteristik dan kultur masyarakat yang sama yaitu Provinsi Sumatera Barat mereka sudah mencapai 55% dosis 1 atau tetangga Aceh yaitu Provinsi Sumatera Utara yang sudah mencapai 60% dosis 1 sesuai situs vaksin.kemkes.go.id.
Sehingga untuk tingkat Sumatera pun Provinsi Aceh adalah yang terendah capaian vaksinasinya. Maka publik seluruh Indonesia dan dunia patut begitu bertanya ada apa di Aceh.
Rendahnya pencapaian vaksinasi ini bahkan terjadi pada para lansia yang masih yang baru 21% dosis pertama, dimana kita sangat mengetahui bahwa lansia ini yang akan paling resiko bila gelombang selanjutnya Covid-19 kembali ke Aceh.
Untuk kabupaten/kota paling tinggi cakupannya hanya Kota Banda Aceh yaitu 92% dosis pertama. Adapun kabupaten terendah adalah Kabupaten Pidie dan Aceh Utara yang masih di bawah 30%.
Untuk seluruh Provinsi Aceh, sasaran pertama-tama untuk vaksinasi Covid-19 di Aceh yaitu tenaga kesehatan telah mencapai di atas 100% sasaran untuk dosis 1 dan 2, kemudian untuk petugas publik yang telah divaksin Covid-19 adalah 63% dari sasaran untuk dosis 1.
Lalu untuk masyarakat Aceh lainnya baru mencapai 40% dosis 1 serta untuk remaja baru mencapai 42% dosis pertama, dan yang terbanyak adalah pelajar SMA sederajat.
Jadi, menurut penulis, rendahnya capaian vaksinasi di Aceh juga adalah karena banyaknya bacaan tentang vaksin Covid-19 yang tidak benar alias hoaks di masyarakat, termasuk yang paling ekstrem adalah bila setelah dilakukan vaksinasi maka tidak akan lama kemudian yang bersangkutan akan meninggal dunia.
Selain itu juga tempat vaksinasi dan tenaga vaksinasi yang masih terbatas juga menyebabkan masyarakat harus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Masih banyaknya tokoh agama dan tokoh masyarakat yang juga belum dilakukan vaksinasi Covid-19.
Hal ini sangat perlu dikarenakan tokoh agama adalah penentu arah pandangan masyarakat Aceh. Namun sebenarnya mulai bulan Oktober 2021, di sisi pelayanan vaksinasi kemudian sudah melibatkan banyak lintas sector, terutama pihak TNI-Polri dari tingkat provinsi sampai ke tingkat desa.
Penggerakan massa juga sudah luar biasa ramai untuk ikut vaksinaasi ini.Bahkan pelayanan pun kemudian tidak hanya ada pada pusat pelayanan kesehatan saja, namun sudah dibuka di tempat-tempat umum dan di masing-masing desa dengan sosialisasi tentang pentingnya vaksinasi Covid-19.
Langkah lainnya yang sudah dilaksanakan adalah dengan melalui pelaksanaan vaksinasi kepada ulama-ulama di dayah-dayah di seluruh Aceh kerja sama lintas sektor terkait, Pemerintah Aceh bersama Forkopimda, Pemerintah Daerah beserta jajaran TNI-Polri dan pihak terkait.
Hal-hal yang sudah dilakukan tersebut sudah mulai menunjukkan tren yang baik walau belum naik signifikan dikarenakan bila Provinsi Aceh ingin mencapai 70% pada akhir Desember 2021, maka tren yang harus dilakukan adalah mencapai 43.000 dosis/hari.
Semoga distribusi vaksin dari kementerian dapat terus lancer, sehingga bisa dilakukan vaksinasi minimal 200.000 dosis per minggu di seluruh Provinsi Aceh.
Maka oleh karena itu patut terus dilakukan langkah-langkah cepat dan tepat oleh semua pihak agar peningkatan vaksinasi Covid-19 di Aceh bisa tercapai 70% di akhir Desember 2021.
Kabupaten/kota yang sudah di atas 70% hanya Kota Banda Aceh, kemudian Kabupaten/Kota yang sudah mendekati 70% adalah Simeulue (56%), Gayo Lues (55%), Aceh Jaya (52%), Bener meriah (51%), Aceh Tengah dan Langsa (50%) serta Aceh Tamiang (49%).
Langkah-langkah terbaik itu adalah pendataan kembali sasaran yang belum dilakukan vaksinasi per desa, kemudian penambahan tempat-tempat vaksinasi rutin di setiap kecamatan.
Lalu vaksinasi dilakukan juga dengan mengunjungi desa secara bergilir setiap hari oleh tim puskesmas bersama Forkopimcam setiap kecamatan yang turun selalu bersama dimulai dengan sosialisasi pentingnya vaksinasi Covid-19 ini.
Lalu terus dilakukan penambahan tim vaksinator oleh fasilitas pelayanan kesehatan menjadi 3-5 tim per puskesmas.
Mengajak seluruh masyarakat ikut menggalakkan vaksinasi bersama para ulama kharismatik dan tokoh masyarakat di semua kabupaten/kota di Aceh. Semoga dengan dukungan semua pihak maka Aceh akan bisa mendapatkan cakupan vaksinasi dosis pertama minimal 70% pada akhir tahun 2021 ini agar kita semua bisa terhindar dari kasus-kasus berat akibat terkena Covid-19 ini.
Bahkan semoga virus Omicron yang sudah mulai ada di Benua Afrika, Benua Eropa, dan bahkan kabarnya sudah ada di negara tetangga kita Malaysia dan Singapura tidak menular sampai ke Aceh. Satu-satunya cara menurut penulis adalah Aceh dapat mencapai vaksinasi minimal dua dosis untuk semua masyarakat Aceh dan tetap menjaga protokol kesehatan, dengan selaku memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi keluar rumah jika tidak perlu.(AR/MM)