Agincourt Resources ‘Sulap’ Lingkungan Menjadi Emas

Sebarkan:
PT Agincourt Resources (PTAR) bersama pemerintah melakukan pelestarian hutan mangrove di wilayah Tapteng. (foto:mm/ist)

Penulis : Jhonny Simatupang

SULAP PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola tambang emas martabe, terhadap lingkungan tidak dapat terbantahkan. Perusahaan pertambangan emas dan perak yang beroperasi sejak 24 Juli 2012 silam ini telah berhasil menjadikan beberapa lingkungan lingkar tambang menjadi emas. 

Baru-baru ini, perusahaan pertambangan emas di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ini, bersama-sama masyarakat Desa Batu Horing, Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, melepas 15.000 bibit ikan endemic ke Sungai Batu Horing. Pelepasan bibit ikan yang terdiri dari 5.000 bibit ikan jurung (local endemic species) dan 10.000 bibit ikan nila ini sebagai salah satu bukti kontribusi perusahaan tersebut dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup dan sekaligus mendukung sumber ekonomi masyarakat sekitar.

Selain itu, perusahaan yang memiliki luas lahan konsesi 130.252 hektar (1.303 Km2) yang tersebar di Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Utara ini juga berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)  menanam 30.000 bibit mangrove dan menabur 20.000 bibit kerang di perairan laut Desa Aek Garut, Kelurahan Kalangan, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Tanam mangrove dan tabur benih kerang yang mengangkat tema “Dari Hati Untuk Bumi” yang digelar bertepatan dengan Hari Lahan Basah se-Dunia (World Wetlands Day) ini merupakan salah satu upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan, khususnya ekosistem laut dan pantai di kawasan itu. Sekaligus juga, untuk menjadikan kawasan itu sebagai daerah ekowisata, yang membuka peluang peningatan ekonomi masyarakat setempat lewat ekowisata hutan mangrove.

Begitu juga dalam aksi penanaman 1.000 bibit pohon produktif, seperti durian, alpukat, trembesi, mangga, manggis, waru, dan pohon bambu yang dilaksanakan perusahaan ini di pinggir Sungai Garoga, Desa Garoga, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Sehingga sejak 2012, PTAR telah menanam lebih dari 41 ribu bibit pohon dengan potensi produksi oksigen sekitar 18 juta kilogram per tahun dan penyerapan gas karbon sekitar 1 juta ton per tahun. 

Selain itu, pada 2021 PTAR melakukan reklamasi lahan hingga 36,22 hektar, mencakup area operasional dan area eksplorasi. Ditambah lebih dari 3.000 bibit ditanam di area rehabilitasi. Capaian rehabilitasi ini melampaui Rencana Reklamasi PTAR 2017-2021 yang disetujui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Selain merehabilitasi lahan, PTAR juga melakukan stabilisasi lahan seluas 35,5 hektare dengan tanaman tutupan sebanyak 2.886 bibit tanaman. Departemen Lingkungan PTAR juga telah menyiapkan total 5.828 bibit dari 45 spesies tanaman di fasilitas pembibitan (nursery) perusahaan.

Sementara sebelumnya atau tepatnya 2020, perusahaan yang telah beberapa kali berganti nama karena akuisisi kepemilikan ini juga, berhasil mendirikan sebuah menara pandang setinggi 31,5 meter di hamparan Kebun Raya Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan senilai Rp13 miliar. Perusahaan ini juga bahkan kembali menambah fasilitas di Menara Pandang Sipirok berupa bangunan koridor/selasar, pos jaga, toilet umum, dan pelataran parkir senilai total Rp1,65 miliar. Tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan sektor pariwisata di daerah itu dan dalam rangka menjaga lingkungan serta sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Berbagai kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR) juga dilakukan perusahaan ini dalam rangka meningkatkan pengelolaan lingkungan dan sumber daya manusia (SDM). Sebut saja, program pemberdayaan kelompok tani melalui penangkaran padi yang menjadi solusi bagi pertanian padi konvensional di Batangtoru. Program ini menjadi pionir kelompok tani yang mampu menghasilkan benih unggul bersertifikat di Batangtoru. Ada pula program pendampingan untuk kelompok tani jagung pipil yang telah dilakukan sejak 2016.

Bahkan, perusahaan ini menggandeng Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Pertanian Cianjur, Jawa Barat, dan Dinas Pendidikan Kota Padangsidimpuan untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas di sektor pertanian di Tapanuli Selatan.

Pelaksanaan program dengan kucuran anggaran tahap awal sebesar Rp900 juta selama tiga tahun ini diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) ketiga lembaga di SMKN 1 Batangtoru, Tapanuli Selatan pada 20 Juni 2022 lalu. Pengembangan SMK Pertanian Terpadu sebagai program perdana BBPPMPV Pertanian se-Sumatera Utara ini bertujuan untuk mencetak SDM berkualitas di sektor pertanian, juga untuk menjadikan SMKN 1 Batangtoru dan SMKN 1 Muara Batangtoru sebagai episentrum pengembangan pertanian di Tapanuli Selatan.

Bahkan PTAR sampai menyelenggarakan Olympiade Agincourt Resources (OlympiAR) 2022 bertema ‘Mineral Discovery, Unearthing Sustainable Future’ yang menyasar mahasiswa jurusan tambang, geologi, dan teknik. Dalam kegiatan ini, para mahsiswa diajak beradu gagasan dalam mengembangkan pertambangan berkelanjutan, mulai dari rencana tambang, proses tambang, hingga pasca-tambang.

Tentunya, Sumatera Utara bersyukur memiliki PTAR. Selain berkontribusi nyata terhadap pendapatan negara dan daerah, pengelola pertambanan emas Martabe ini juga begitu berkontribusi positif terhadap peningkatan nilai tambah lingkungan dan sumber daya manusia (SDM) Sumatera Utara, khususnya sekitar lingar tambang. 

Sehingga tak ayal, Pengelola Tambang Emas Martabe diganjar peringkat Emas dalam ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2022 dan memboyong 10 penghargaan Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2022 karena dinilai membuktikan komitmen perusahaan ini dalam membangun bisnis berbasis prinsip lingkungan.

Penghargaan ASRRAT 2022 yang digelar ke-18 kalinya oleh National Center Sustainability Report (NCSR) itu tidak tanggung-tanggung karena diikuti 50 perusahaan, termasuk dari Bangladesh, Filipina, Australia, dan Rusia.

Peringkat Emas ASRRAT 2022 yang diraih oleh PTAR sendiri mengkonfirmasi bahwa Laporan Keberlanjutan perusahaan itu mengacu dan sesuai Global Reporting Initiative (GRI) Standards serta program-program yang dijalankan sudah selaras Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. 

Bahkan sebelumnya juga, pada ajang CSR Indonesia Award 2018, PTAR berhasil meraih total lima penghargaan. Kelima penghargaan tersebut mewakili lima program tanggung jawab sosial unggulan perusahaan ini yang secara konsisten dikelola dan ditujukan tak hanya bagi masyarakat di desa-desa lingkar tambang, tapi juga masyarakat se-Sumatera Utara.

Dan berlanjut 2019, PTAR juga memborong 10 penghargaan untuk 10 program pemberdayaan masyarakat di ajang Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2019. Program pemberdayaan masyarakat yang diusung oleh PTAR ini dilakukan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Serta 2020, PTAR berhasil memboyong empat penghargaan diajang bergengsi Penerapan Kaidah Teknik pertambangan Yang Baik/Good Mining Practices (GMP) Award 2020 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Penggelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan ini bahkan berhasil meraih peringkat tertinggi bersimbol emas, yakni Penghargaan Aditama, pada Aspek Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan kelompok badan usaha pemegang Kontrak Karya (KK) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) komoditas mineral. 

Sejalan Prinsip Pertambangan Berkelanjutan

APA yang dilakukan PTAR ini tentunya, sejalan dengan prinsip pertambangan berkelanjutan (sustainable mining) masa kini yang berdampak langsung terhadap lingkungan. sosial, dan masyarakat atau sumber daya tak terbarukan bertransformasi menjadi sumber daya lain yang terbarukan. Sebagaimana juga Kementerian Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mendorong setiap perusahaan pertambangan untuk menerapkan praktik keberlanjutan dan transparansi melalui Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA). 

Dalam perspektif ini, pertambangan bergerak lateral ke wilayah sosial, ekonomi hingga kultural. Merujuk pada amanat Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba, yang di dalamnya ada tiga hal penting yang perlu diwujudkan terkait dengan transformasi manfaat pertambangan itu. 

Pertama, peningkatan nilai tambah (PNT) atau yang dikenal hilirisasi, yang menciptakan efek ganda tinggi termasuk penciptaan lapangan kerja. Kedua, pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menopang populasi penduduk Indonesia yang terus meningkat pada luas daratan yang tetap. Ketiga, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM) sekitar lingkar tambang yang membantu tugas pemerintah dalam peningkatan pelayanan kesehatan, pendidikan serta kemampuan masyarakat untuk lebih berdaya dan mandiri.

Presiden Direktur PTAR, Muliady Sutio, pun meyakini pendekatan holistik dan multi-stakeholder untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan perusahaan dapat memastikan kelangsungan dan pertumbuhan bisnis serta berkontribusi pada berbagai pencapaian Tujuan Keberlanjutan.

Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan Direktur Hubungan Eksternal PTAR, Sanny Tjan. Menurut Sanny, PTAR sebagai pertambangan emas berkelas dunia dan menerapkan bisnis yang berkelanjutan, sudah memenuhi seluruh kewajiban oleh pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan lingkungan. Seperti pengelolaan air, tailings, pemantauan udara, hingga rencana penutupan tambang yang aman dan stabil. (*)

*Tulisan ini diikutkan dalam lomba.

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com