ASN di Era VUCA dan ESG Harus Memiliki Kompetensi Hard Skills dan Soft Skills

Sebarkan:
Tigor Panuturi Tambunan.
DALAM menghadapi era disrupsi digital dan persaingan yang kompetitif di era global saat ini, Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut mampu bekerja adaptif khususnya dalam menghadapi fenomena VUCA dan ESG yang dapat mempengaruhi kelangsungan suatu organisasi Pemerintah dalam hal mewujudkan tujuannya dengan efektif dan efisien.Pada kondisi ini, ASN harus mampu memiliki kompetensi dari Hard Skills (keahlian upgrade pengetahuan seseorang yang bisa diukur dan dikuantifikasi melalui gelar kuliah, nilai pengetahuan atau sertifikasi ) dan Soft Skills (kecerdasan social seseorang dalam menangkap sinyal perubahan dan menyesuaikan perubahan itu sendiri dalam lingkup pekerjaan ASN).

VUKA adalah singkatan dari volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity. Istilah VUCA di era industri 4.0 tetap berlaku pada era society 5.0. Kita dihadapkan pada kondisi dimana terjadi perubahan skala besar (volatility), kesulitan melakukan prediksi secara akurat (uncertainty), kerumitan tantangan akibat berbagai faktor yang saling terkait (complexity), dan ketidakjelasan suatu kejadian dengan mata rantai akibatnya (ambiguity) atau yang disebut sebagai kriteria VUCA. Situasi lingkungan yang hadir serba tidak pasti, fluktuatif, kompleks, sulit diprediksi dan kebenaran realitas bersifat subjektif.Demikian halnya pada situasi era ESG (Enviromental Social Governance ) pada sat ini yang mengharuskan kita mampu menyesuaikan standar-standar organisasi termasuk organisasi publik pada nilai-nilai yang mengadopsi dokumen ESG,seperi bagaimana melakukan standar tata kelola organisasi yang sesuai tuntutan perkembangan dan dunia investasi saat ini.

Tantangan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menghadapi fenomena di era VUCA dan ESG saat ini tentu tidak mudah, ASN harus mempunyai kompetensi yang mumpuni agar dapat merespon dan menterjemahkan serta meng-elaborasi perubahan yang terjadi di era ini pada lingkup pekerjaan dan tupoksi ASN.Pada situasi ini, Pandemi Covid-19 membuat intensitas VUCA dan ESG semakin kuat, dimana wabah penyakit yang telah menularkan ke berjuta jiwa penduduk dunia dan menyeret negara-negara ke dalam jurang resesi sampai saat ini, ASN tidak hanya menghadapi era disrupsi digital yang mengguncang dunia, tetapi juga harus melakukan perubahan mindset sebagai respons yang tepat dalam menghadapi dunia yang berubah serba cepat, terutama di era globalisasi saat ini.

Kompetensi secara umum dapat diartikan dengan kemampuan, tapi menyamakan kompetensi dengan kemampuan tidaklah tepat. Selain memiliki kemampuan, seorang yang kompeten juga harus mempunyai niat dan motivasi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tuntutan deras arus perubahan yang terjadi . Dimana ASN haruslah orang yang memiliki kecepatan berpikir dan bertindak ,punya pengetahuan yang luas dan memiliki keberanian dalam menganalisis sesuai fakta.Dan hal itu hanya bias dilakukan oleh ASN yang memiliki kompetensi yang baik dan mumpuni.

Karakteristik kompetensi terbentuk dari lima hal, yaitu 1) pengetahuan (knowledge), 2) keterampilan (skills), 3) motif (motive), sesuatu yang dipikirkan dan diinginkan, 4) watak (traits), karakteristik mental, dan 5) konsep diri (self concept), sikap terhadap sesuatu. Jadi, seorang yang kompeten harus memiliki kelimanya. Jika hanya sebagian karakteristik yang dimiliki, kompetensinya menjadi tidak lengkap.

Karakteristik Kompetensi Hard Skills dan Soft Skills  

Karakteristik kompetensi tersebut dapat dikembangkan secara berproses oleh ASN yang bekerja di unit organisasi. Terdapat 2 (dua) keterampilan yang dapat digali, yaitu hard skills dan soft skills. Istilah hard skills merujuk kepada pengetahuan dan keterampilan teknis dalam bidang tertentu yang berhubungan dengan suatu proses, alat, atau teknik.

Kemampuan tersebut biasanya diperoleh melalui perkuliahan formal atau dari referensi buku yang terkait tupoksi ASN. Keterampilan yang termasuk dalam hard skills, misalnya keterampilan mengoperasikan komputer, pengetahuan untuk menganalisis ,kemampuan untuk berinovasi dan keterampilan finansial, keterampilan berbahasa asing, dan keterampilan untuk mengembangkan suatu produk . Hard skills lebih beriorentasi untuk mengembangkan intelligence quotient (IQ). Jadi dapat disimpulkan bahwa hard skills merupakan kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan teknologi dan keterampilan teknis dalam mengembangkan intelligence quotient yang berhubungan dengan bidang pekerjaan ASN .

Soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Dengan demikian, atribut soft skills tersebut meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan,

karakter, dan sikap. Soft skills atau people skills dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam ”mengatur” diri sendiri. Sedangkan intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain.

Hard skills dapat diajarkan dan dilatihkan karena adanya sikap openess (keterbukaan), sedangkan soft skills sulit untuk diajarkan dan dilatihkan karena itu tumbuh dari kebutuhan yang tumbuh dari kesadaran ASN itu sendiri dalam hal untuk mau mengembangkan kompetensi dan kapasitasnya.Jika kita ingin menguasainya perlu dibiasakan. Dimana dalam hal ini ASN harus meninggalkan pola kebiasaan membenarkan yang biasa,namun harus membiasakan yang benar dan relevan dengan situasi maupun tangan di era VUKA saat ini.Oleh karena itu, dalam latihan soft skills yang kita jalani ini disamping kita mengetahui, memahami, menghayati dan mempraktekkan, kita perlu membiasakannya agar kita dapat menguasainya dengan baik.

Hard skills merupakan sikap Openess (keterbukaan) untuk suatu keinginan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya, sedangkan soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal skills) dan keterampilan mengatur dirinya (Intrapersonal Skills) yang mampu mengembangkan secara maksimal dalam performa seseorang. Keterampilan soft skills ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi, membangun hubungan dengan orang lain, kemampuan untuk memahami orang lain, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain,empati, kejujuran, integritas, kemampuan memberikan motivasi, kemampuan untuk memimpin, kemampuan adaptasi, dan lain sebagainya.Dalam hal ini untuk menjadikan soft skills dikalangan ASN, maka kecerdasan emosional (EQ) merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan oleh para ASN.

Hard skills dan soft skills sangat dibutuhkan terutama dalam memasuki organisasi kerja di era VUKA,ESG dan kompetitif saat ini. Keberhasilan seseorang 80 persen ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) dalam wujud soft skills berupa sikap/karakter khususnya dalam mengelola Self Kontrol dalam bekerja dan 20 persen ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) yang merupakan bagian dari hard skills.

Disamping pertimbangan membangun kecerdasan intelektual (IQ) dan Kecerdasan emosional (EQ), ASN juga perlu mengelola kecerdasan spiritual quotient (SQ) dengan baik , sebab hard skills dan soft skills sangat dipengaruhi oleh sejauh mana SQ seseorang ASN dalam mengontrol pengetahun dan pengembangan sikap/karakternya untuk sesuatu yang positif dan berguna bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.Untuk itu diperlukan proses pembelajaran dalam rangka pencapaian keseimbangan antara hard skills dan soft skills ASN, atau dengan kata lain seorang ASN harus bisa menyeimbangkan kecerdasan IQ,EQ dan SQ dengan baik.

Setiap profesi, termasuk ASN dituntut mempunyai hard skill yang berbeda-beda sesuai dengan bidang pekerjaaan yang ditekuni. Hard skills adalah keterampilan yang dapat langsung dilihat hasilnya dalam proses pembelajaran, segera setelah proses tersebut selesai. Sedangkan motif, watak, dan konsep diri adalah kelompok soft skills, yaitu kemampuan yang menunjukkan seseorang mau/ingin mengerjakannya dengan baik, seperti jujur, berkomunikasi, disiplin, rajin,bertanggungjawab, peka dan tanggap dengan apa yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal.

Ada tiga perbedaan pokok antara hard skills dan soft skills: Pertama, Seseorang yang hard skills-nya tinggi berarti ia memiliki IQ yang tinggi (berada di otak kiri, pusat logika), sedangkan seseorang yang soft skills-nya tinggi berarti ia memiliki EQ yang tinggi (berada di otak kanan pusat emosional).Sementara SQ digunakan untuk membendung perilaku kita yang kurang baik untuk menjadi lebih baik.Dimana kecerdasan spritual ialah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif sekaligus membantu ASN untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu.

Kedua, Hard skills adalah skills di mana aturan berlaku di setiap tempat, tidak bergantung pada organisasi, keadaan, tempat bekerja, atau orang yang bekerja sama dengan kita. Sebaliknya, soft skills adalah keterampilan manajemen dan pengembangan diri dan keterampilan insani, di mana aturan berubah bergantung pada budaya organisasi, tempat di mana kita bekerja, dan dengan siapa kita bekerja sama. Ketiga, Hard skills dapat dipelajari di sekolah dan dari buku, sebaliknya tidak ada cara sederhana untuk mempelajari soft skills. Sebagian besar soft skills tidak bisa diajarkan dengan baik di sekolah maupun bangku kuliah,dan hanya bisa dipelajari dengan praktek bekerja melalui proses pengalaman dan menumbuhkan sikap conscientiousness,extraversion,agreeableness, stress tolerance dengan baik pada ASN.

Memilih Kompetensi Hard Skills atau Soft Skills 

Manakah yang lebih penting, kompetensi hard skills atau soft skills di era VUCA ini? Jawabannya sangat tergantung pada karir yang kita pilih. Karir seseorang itu dapat dibagi dalam tiga kategori: Pertama, karir yang memerlukan hard skills dan sedikit soft skills. Sebagai contoh: ahli statistik.

Era VUCA berkaitan dengan perubahan skala besar, pasti masih dibutuhkan SDM ASN yang berkarir dengan skills ini. Kedua, karir yang memerlukan baik hard skills maupun soft skills. Banyak karir yang termasuk ke dalam kategori ini, seperti akuntan dan pengacara. Mereka perlu menguasai ilmu akuntansi atau ilmu hukum dengan baik tetapi juga harus menguasi hubungan interpersonal dengan orang lain (client) untuk membangun karirnya.

Era VUCA dan ESG saat ini ditemukan banyak permasalahan yang rumit sehingga harus dicari akar permasalahan dan solusi yang tepat, membutuhkan SDM ASN yang berkarir dengan kemampuan baik hard skills maupun soft skills. Ketiga, karir yang memerlukan terutama soft skills dan sedikit hard skills. Contoh: public relation,analisis hingga level pimpinan organisasi Pemerintah . Pada umumnya, soft skills adalah lebih penting dalam karir daripada hard skills. Banyak ASN yang sebenarnya hard skills nya kurang namun mereka menduduki jabatan yang tinggi karena mereka memiliki leadership skills, management skills, self promotion skills,dsb. Pada era VUCA dan ESG , kemampuan soft skills ini juga sangat dibutuhkan karena dibutuhkan kemampuan visioner dan kemampuan menghadapi tantangan yang begitu kompleks, terutama di era VUCA,ESG dan kompetitif ini.

Jadi manakah yang lebih penting dan mana yang harus kita kuasai, apakah kompetensi hard skills atau soft skills? Dalam kehidupan kita sehari hari sebaiknya kita memiliki hard skills dan soft skills seimbang. Seimbang tidak berarti sama bergantung pada kehidupan kita, profesi kita dan lingkungan kita. Pada waktu masih kuliah hard skills lebih penting, namun pada waktu kita bekerja di perusahaan maupun instansi pemerintah, ternyata porsi soft skills juga merupakan hal yang penting untuk dimiliki . Terutama di era VUCA dan ESG saat ini, masing-masing mempunyai porsinya tersendiri, baik hard skill atau soft skills sama pentingnya untuk dapat dikuasai oleh masing-masing ASN.

ASN harus mampu menyeimbangkan kemampuan hard skills dan soft skills nya, tergantung pada jabatan yang diampu. Dengan begitu, ASN dapat semakin berkontribusi di era VUCA dan ESG ini dengan cara mengubah mindset atau cara pandang terhadap masalah, responsif dengan kebutuhan masyarakat, upgrade dengan teknologi saat bekerja, dan orientasi dalam efektivitas dan efisiensi untuk menuju pada budaya kerja baru. ASN diharapkan terus berinovasi serta perlu adanya kompetensi, komitmen dan kekompakan dalam fungsinya yakni sebagai pelaksana kebijakan dan dalam memberikan pelayanan publik.

Untuk melakukan semua ini, ASN pada era ini harus memiliki Mindset baru yang adaptif dengan fenomena Vuka dan ESG serta persaingan yang kompetitif saat ini .ASN diharapkan mau meninggalkan pola kebiasaan lama yang hanya melakukan kerja-kerja rutin .ASN harus bisa menjadi mitra yang baik dan berharga bagi pimpinan dalam mengelola pemerintahan sesuai visi dan misi serta tujuan dari suatu pemerintahan itu sendiri yakni sebagai upaya untuk mensejahterahkan masyarakat.Mampu beradaftasi dengan Fenomena VUKA dan ESG serta persaingan yang kompetitif berarti ASN mutlak harus memiliki Kompetensi Hard Skills dan Soft Skills yang baik.(*)

Penulis adalah Tigor Panuturi Tambunan Mahasiswa Magister MTSIA Polmed.

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com