Pendirian Tugu Leluhur Bagi Batak Toba Wujud Penghormatan kepada Orangtua

Sebarkan:
Tugu Marga Sibarani yang akan diresmikan. (foto:mm/acon)
INDONESIA memiliki beragam suku dan budaya, dimana pantas berbangga dengan kekayaan keragaman tersebut. Dimana setiap suku memiliki budaya unik dan berbeda dilihat dari adat istiadat, pakaian, musik dan bahasa dalam penerapan kehidupan sehari hari maupun upacara tradisionalnya salah satunya suku Bangso Batak.

Menurut Aldi Sirait, orang Batak patut berbangga dengan tradisi yang diterapkan oleh pendahulu melalui tradisi budaya berupa upacara tradisional yang menjadi budaya yang tidak dapat dilepaskan sampai saat ini, yang berdampak generasinya dapat saling berhubungan dan berinteraksi satu dengan lainnya.

Leluhur Bangso Batak, khususnya Batak yang tinggal di Kabupaten Toba selalu menerapkan budaya menghormati orangtuanya dan leluhurnya yang mungkin sudah ratusan hingga ribuan tahun, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, dalam upaya mengikat rasa persaudaraan agar tidak tergerus dimakan zaman.

Aldi mencontohkan tradisi mendirikan tugu salah satu marga Batak dibutuhkan kesepahaman antara keturunannya (generasinya) agar pelaksanaan awal pembangunan sampai ke peresmian tugu dapat berjalan dan terlaksana dengan baik dan kesepahaman dari seluruh marga yang akan mendirikan tugu leluhurnya.

"Untuk berinteraksi melakukan musyawarah pembangunan tugu marga harus dilandasi pedoman 'Dalihan Natolu yang berisikan, Somba Marhulahula, Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru sehingga tidak terjadi benturan diantara keturunan marga yang akan membangun tugu," ujar Aldi, Kamis (04/07/2024).

Disampaikan dia, marga merupakan landasan untuk menentukan garis keturunan (Partuturan) yang menjadi patron (pelindung) persaudaraan atau kekerabatan baik untuk sesama marga maupun dengan marga lainnya. 

"Dimana marga merupakan satu rumpun hubungan garis keturunan, persaudaraan orang -orang yang sedarah yang diambil dari garis keturunan Ayah membuat hubungan kekerabatan semakin jelas untuk memperkecil pernikahan semarga, dapat dikatakan tabu bagi orang Batak," tuturnya.

Lanjut Aldi, bisa diartikan didalam pembangunan tugu satu marga, merupakan salah satu acara adat yang tertinggi untuk orang Batak dalam mencapai hasangapon, hagabeon, hamoraon dan dos ni roha jala marsitukkultukolan songon suhat di robean (tepandang, banyak keturunan, kekayaan dan senasib sependeritaan serta saling topang menopang satu dengan lainnya untuk mencapai kesuksesan.

"Pembangunan tugu satu marga sulit terlaksana jika tidak melakukan penghormatan kepada hula - hula (tulang) yang merupakan saudara laki - laki dari Ibu yang melahirkan marga tersebut. Dimana marga yang akan mendirikan tugu untuk meresmikannya harus membawa berupa makanan sekaligus menyampaikan maksud mereka agar diberikan berkat (pasu -pasu karena dalam adat Batak, hula -hula (tulang) doanya setengah langit," tandas Aldi.

Seperti yang dilakukan marga Sibarani, belum lama ini menemui marga Sirait di Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba yang diketahui merupakan hula - hula (tulang) dari Sibarani, dimana marga tersebut mempunyai istri boru Sirait (ito Sirait Siahaan) yang melahirkan marga Sibarani hingga menyebar kepenjuru dunia (desana walu).

Dikatakan, Ketua Umum Marga Sirait (Partogasirabona), Nanser Sirait menerangkan Raja Partano Naiborngin beristrikan, Mombang Panailitan boru Sirait merupakan putri dari Raja Toga Sirait dan memiliki Putra dua yaitu Raja Sibarani dan Raja Sibuea.

Selanjutnya, Raja Sibarani menikahi boru tulangnya yang bernama Pitta Haomasan boru Sirait yaitu Putri Raja Sirait Siahaan dari Lumban Siahaan Sibisa merupakan ito (saudara perempuan) dari Ompu Raja Sirait, Datu Ronggur Sirait dan Guru Solomoson Sirait.

"Kunjungan dari Marga Sibarani untuk menghormati kami tulangnya Sirait dimana mereka membawa makanan sekaligus mengundang untuk menghadiri pesta peresmian tugu agar leluhur mereka ditempatkan di tempat tinggi seperti tugu, sekaligus meminta restu dan berkah dengan memberikan dekke simudur - udur ( ikan mas)," ucap Nanser.

Dalam budaya Batak hula - hula (tulang) urutan penghormatan tertinggi (merupakan Tuhan yang terlihat) dimana untuk setiap adat Batak selalu dikedepankan dihormati dan wajib dihadirkan untuk memberikan pasu - pasu (berkat) agar keturunan salah satu marga mendapatkan hasangapon, hagabeon dan hamoraon) juga dalam falsasah Dalihan Natolu urutan pertama, Somba Marhulahula -hula. (Acon)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com