Mengenal Lebih Dekat Keju Batak, Seperti Apa dan Terbuat Dari Apa?

Sebarkan:
Cemilan alami, Dali ni Hobo atau Keju Batak (foto/ist)
LELUHUR suku Batak sudah memikirkan dan menerapkan pola hidup sehat untuk keluarganya melalui pengolahan susu kerbau sebagai bahan cemilan. Dilakukannya pengolahan susu kerbau agar lebih tahan lama selain juga dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan yang bervariasi seperti arsik dan lainnya.

Sejak turun - temurun masyarakat suku Batak khususnya di Kabupaten Toba melakukan pengolahan susu kerbau diperkirakan sudah ratusan tahun dimana tradisi pengolahan tersebut disebut "Dali ni Horbo' atau sering juga disebut 'Keju Batak' karena memiliki rasa yang nikmat dan gurih.

Dali ni Horbo yang berbahan utama susu kerbau ada yang mencampur dengan air perasan daun Pepaya, ada juga dengan air perasan daun Nenas dan bisa juga dengan air perasan daun bunga Alo agar susu menjadi mengental dan beku.

Dimana ketiga jenis air campuran tersebut dipakai sesuai dengan selera dari si pembuat atau si penikmat, tetapi jika menggunakan perasan daun pepaya rasa dali ni horbo akan terasa pahit dan banyak yang tidak menyukainya.

Dulunya, Dali ni Horbo merupakan bahan makanan ringan atau cemilan rumahan yang tidak semua orang dapat merasakannya, sebab untuk menikmatinya seseorang harus memiliki ternak kerbau, bisa dikatakan memiliki kehidupan lebih sejahtera.

Seiring waktu, keju Batak tidak lagi menjadi makanan rumahan saja, tetapi sudah dapat ditemui untuk dinikmati di rumah makan khas Batak, tetapi setelah diolah menjadi masakan arsik dan dapat dijadikan lauk teman dari nasi.

Hingga kini Dali ni Horbo sudah dijadikan menjadi usaha kecil bagi keluarga yang memiliki kerbau dan dijajakan setiap harinya dan ibu - ibu penjualnya dapat kita temukan di Pasar Porsea, Simpang Silimbat, Kabupaten Toba.

Menurut keterangan penjaja cemilan Dali ni Horbo, Ibu boru Manurung warga Desa Dolok Nauli, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba dirinya mengaku setiap pagi hingga siang harinya berjualan olahan susu kerbau miliknya untuk menambah pendapatan keluarganya.

"Setiap harinya saya membawa 15 hingga 20 porsi Dali ni Horbo dengan harga perporsinya antara 20.000 hingga 25.000. Terkadang habis seluruhnya terjual dan bisa juga beberapa porsi tidak laku," ujarnya, Jumat (23/8/2024).

Disampaikannya, harga dari Dali ni Horbo tidak selalu sama, bisa jadi fluktuatif disaat - saat tertentu, semisal stok susu kerbau lagi terbatas dan saat tiba Hari Natal dan Tahun Baru (Nataru)

"Ketika Nataru tiba, banyak anak rantau pulang ke Kabupaten Toba sehingga permintaan banyak sementara stok terbatas, terpaksa harga naik bisa mencapai 50.000 perporsinya, terang Boru Manurung.

Janner Manurung, warga Kelurahan Pasar Porsea, Kecamatan Porsea merupakan pelanggan Dali ni Horbo mengatakan, dalam seminggu jika tidak mengkonsumsinya minimal dua hari dalam seminggu, serasa ada yang kurang dan setelah mengkonsumsinya badannya serasa lebih segar dan berstamina.

Terkadang dia harus membeli sampai tiga hingga empat porsi sekaligus, merasa kuatir jika kehabisan stok lalu disimpan didalam kulkas untuk santapan selama beberapa hari.

Agar Dali ni Horbo yang saya beli tidak monoton, kerap juga saya arsik bersama daging, ikan jahr, dan ikan mas dan untuk rasanya masakan arsik akan terasa lebih nikmat dan memiliki aroma yang menggiurkan untuk menambah selera makan semakin lahap," cecar Janner tersenyum.

Janner berharap kepada Pemerintah Kabupaten Toba menjadikan Dali ni Horbo sebagai salah satu ciri khas cemilan bergizi dan solusi mengentaskan stunting di Toba mengingat kandungan gizi susu sangat tinggi, serta membantu pelaku usaha agar lebih meningkatkan kualitas pengolahannya, baik kemasan yang lebih menarik untuk menarik minat setiap pembeli. (Acon)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com