‘Konflik’ Walkot Rico & Jurnalis

Sebarkan:
CHOKING SUSILO SAKEH.
EMPAT konflik dalam lima bulan, alangkah buruknya!

Di lobi Kantor Walikota Medan siang itu, beberapa Jurnalis yang bertugas di Pemko Medan sedang merekam momen Walikota Medan Rico Waas menandatangani dokumen di pundak seorang stafnya. Momen itu terjadi, sesaat Rico Waas akan menaiki mobil dinasnya yang sudah bersiap di depan pintu masuk gedung tersebut.

Tiba-tiba, Rio Adrian -- seorang staf ahli Walikota Medan yang juga Sekretaris Partai Nasdem Kota Medan -- membentak para Jurnalis : “Kau mau ngapain, mau ngapain?” teriak Rio kepada seorang jurnalis sebuah harian terkemuka di Medan, sembari mencoba menghalangi proses peliputan yang sedang berlangsung.

Tak mau diperlakukan sesukanya, sang jurnalis balas membentak : “Kau siapa? Kenapa nadamu tinggi? Kenapa menghalangi media? Saya wartawan yang meliput di Pemko Medan?”. (Sekretaris Nasdem Medan Rio Adrian Sukma Bentak Jurnalis Usai Wawancara Walikota”, Jawa Pos, Rabu 16 Juli 2025).

Peristiwa ini merupakan ‘insiden’ ke-empat kalinya, yang terjadi antara “orangnya” Walikota Medan Rico Waas dengan Jurnalis di Medan. Yak, empat kali konflik selama lima bulan Rico Waas berkuasa sebagai Walikota Medan!

Insiden pertama antara “orangnya” Rico Waas dengan Jurnalis, terjadi tatkala pengawal pribadi (Walpri) Walikota Medan Rico Waas bersikap kasar terhadap Jurnalis yang sedang bertugas, bahkan juga terhadap masyarakat. 

Dalam insiden pertama ini, Walikota Medan meminta maaf, saat Jurnalis mempertanyakan prilaku Walpri-nya tersebut. (Pengawal Pribadi Walikota Kasar ke Jurnalis dan Warga, Walikota Medan Rico Waas Minta Maaf”, Tribun Medan, Jum’at 11 April 2025).

Meski Walikota Medan Rico Waas sudah meminta maaf, tapi prilaku kasar Walpri Walikota Medan Rico Waas tetap terulang lagi. Insiden kedua antara “orangnya” Rico Waas dengan Jurnalis, terjadi saat acara Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan di Halaman Istana Maimon Medan. (“Kembali Terulang, Pengawal Pribadi Walikota Medan Arogan dan Batasi Akses Wartawan”, Analisadaily.com., Kamis 19 Juni 2025).

Insiden antara “orangnya” Rico Waas dengan Jurnalis masih belum usai. Insiden Ketiga, terjadi saat Walikota Medan Rico Waas melepas keberangkatan Jemaah calon haji asal Medan di Asrama Haji. Aparat Satpol PP mengusir Jurnalis yang berada di belakang Walikota Medan. (“Wartawan Dilarang Dekat Walikota Medan, Insiden Satpol PP di Asrama Haji Tuai Sorotan”, waspada.id., 22 Juni 2025).

Lalu, insiden keempat antara “orangnya” Rico Waas dengan Jurnalis. Itulah yang dilakukan oleh Rio Adrian, staf ahli Walikota Medan Rico Waas, di Lobby kantor Walikota Medan, pekan lalu. 

Insiden antara Jurnalis Medan dengan “orangnya” Rico Waas, terus  berulang hingga empat kali selama lima bulan Rico Waas menjadi Walikota Medan. Maka, taklah mengejutkan ketika Rico Waas seenaknya menolak menerima audiensi seorang Jurnalis Utama, H. Idrus Junaidi, SH., salah seorang pendiri IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) Sumut, dan kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi di dua media online dan media cetak terbitan Medan. Saat itu, Idrus Junaidi selaku Ketua KORMI (Komite Olahraga Masyarakat Indonesia) Medan, bersiap untuk beraudiensi dengan Walikota Medan Rico Waas, sesuai jadwal yang disampaikan Pemko Medan kepada fihaknya. 

Namun, Rico Waas seenaknya menolak audiensi tersebut tanpa alasan apapun. Bahkan, hingga kini Rico Waas merasa tindakannya tersebut sebagai hal yang wajar dan bukan sebuah kesalahan. Karenanya, Rico Waas tak merasa perlu meminta maaf kepada warganya. (“Pak Walkot Medan, Belajar Yok…”, medanmerdeka.com., Senin, 21 April 2025).

Selama lima bulan Rico Waas menjadi Walikota Medan, terjadi empat kali konflik dengan Jurnalis. Alangkah buruknya…

*

Dari insiden yang terus berulang terjadi antara Walikota Medan Rico Waas dan/atau antara “orangnya” Rico Waas dengan Jurnalis, bisa ditarik kesimpulan sementara, bahwa insiden itu diduga diketahui dan tidak tertutup kemungkinan diduga atas arahan Rico Waas kepada “orang-orangnya”. 

Tujuannya, agar bagaimana Rico Waas sebagai Walikota Medan bisa berjarak secara fisik dengan para Jurnalis.  Mungkin saja, Rico Waas merasa Jurnalis telah ‘mengganggu’ keasyikannya menikmati berbagai fasilitas dan puja-puji yang diterimanya selama lima bulan sebagai Walikota Medan. 

Munculnya sikap Rico Waas dan/atau  “orangnya” Rico Waas semacam ini, sesungguhnya bisa jadi dikarenakan Rico Waas tak memahami profesi Jurnalis. Atau, jangan-jangan Rico Waas memang menganggap remeh profesi Jurnalis. 

Jika Kesimpulan sementara ini benar adanya, maka sungguh sial-lah nasib warga Kota Medan. Pertama, Walikota Medan Rico Waas kelak akan menjadi Walikota Medan tanpa prestasi apapun. Sebab, sikap Walikota Medan Rico Waas yang telah menganggap remeh dan tidak bisa menghargai profesi Jurnalis, sesungguhnya tidak akan menguntungkan kinerjanya sebagai pejabat publik. 

Dan Kedua, Pilkada Medan 2024 yang telah menghabiskan uang rakyat sebesar Rp 82 milyar, ternyata hanya mendapatkan hasil walikota sekelas Rico Waas : Seorang Walikota Medan yang hingga kini bisanya cuma omon-omon saja. Tapi, itupun omon-omon hanya menyangkut hal-hal yang remeh-temeh saja.

Dan kesialan warga Kota Medan berikutnya : dari pajak dan retribusi yang dibayar, sebahagian diantaranya dipergunakan untuk membayar gaji seorang walikota se-kualitas Rico Waas!

Mangkanya…

---------------------------------------

*Penulis adalah Jurnalis Utama, warga Kota Medan.

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com