Teras MAN-1 Deliserdang Pukau Penonton 'Panggung Sejarah Araskabu'

Sebarkan:
Pementasan pelajar MAN-1 Deliserdang dalam "Panggung Sejarah Araskabu" yang digelar FOSAD di Stasiun Keretaapi Araskabu, Desa Araskabu, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. (foto/ist)
SEROMBONGAN seniman sandiwara Kinsei Gekidan, berada dalam rangkaian gerbong kereta api dari Medan menuju Pematangsiantar.  Di stasiun kereta api Araskabu, Deliserdang, kereta api berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Tiba-tiba  pesawat Mustang milik Sekutu  muncul dan memberondong  kereta api di stasiun itu. Kereta api hancur berikut orang-orang di dalam bergelimpangan tak bernyawa. Darah muncrat dari tubuh-tubuh para kesuma bangsa. 

Peristiwa itu sejatinya terjadi tahun 1944. Dan siang Minggu 14 Agus.2022 itu, sebahagian adegan pragmen peristiwa berdarah tersebut dipentaskan anak-anak Madrasah Aliyah Negeri-1 (MAN-1) Deliserdang dalam "Panggung Sejarah Araskabu" yang digelar FOSAD di Stasiun Keretaapi Araskabu, Desa Araskabu, Kecamatan Beringin,  Kabupaten Deliserdang.

Tercatat puluhan orang tewas dalam kejadian itu. 

Selain warga masyarakat biasa, diketahui sejumlah seniman  yang tergabung dalam kelompok sandiwara Kinsei Gekidan pimpinan Lily Suhaery berada dalam rangkaian gerbong itu.  Lily Suhaery terluka kemudian tewas. Selainnya ada Mis Rubiah, Ani Kinsei, Zubaedah Rahman, Hasan Ngalimun, Nunung S dan Mis Diding turut tewas di tempat. 

Para siswa MAN-1 Deliserdang mengapresiasikan "Panggung Sejarah Araskabu" yang nyaris dilupakan tersebut dengan cukup memukau penonton. Di awali dengan gerakan improvisasi, imajinasi penonton tertuju pada orang-orang dalam gerbong keretaapi. Begitu pula saat tiba-tiba serangan datang. Orang-orang dalam gerbong tewas dalam teriakan "Merdeka!".  Pertunjukan berakhir dengan lagu hymne kemerdekaan dan irama mengharukan. 

Lintasan peristiwa disusun dalam bentuk dramatisasi puisi yang seluruhnya dimainkan  oleh siswa Organisasi Teras LPM MAN-1 Deliserdang. 

Kepala MAN-1 Deliserdang, Drs. SG. Siswanto, M.Pd., MM., memberikan amanat sebelum keberangkatan tampil di Stasiun Keretaapi Araskabu.  Katanya, para pemain harus menjiwai peran masing-masing. 

Siswa yang akan tampil dramatisasi puisi harus  menjiwai serta merasakan peran tersebut.  Suasana tahun 1944 pada masa jelang kemerdekaan harus terbangun.  Pembaca puisinya  penuh totalitas bermain penuh penjiwaan. 

"Lantang dan lugas dalam mengantarkan rangkaian peristiwa Lily Suhaeri dan kawan-kawan berangkat menggunakan kereta api hingga berakhir pembantaian dari pesawat mustang milik sekutu  di Araskabu," kata Siswanto. 

Permainan didukung  sinkronisasi suara musik backsound kereta api,  suasana penumpang kereta api, pesawat mustang dan mesin senjata membuat suasana benar-benar hidup. Lagu "Selayang Pandang" dan instrument lagu 'Gugur Bunga", benar-benar kawin dengan gerakan-gerakan artustik yang dimainkan anak-anak Teras MAN-1 Deliserdang.  

Sepanjang acara  berlangsung, para penonton terpukau merasakan suasana  haru dan menciptakan bilur patriotisme cinta negara dan akhrnya bangkit rasa nasionalisme sebagai bangsa. (mm/ril)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com