NIAS (MM) - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sibolga bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Nias menginisiasi Replikasi Model Bisnis Pengembangan Klaster Pangan dengan penerapan budidaya organik dari decomposer MA-11.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperkuat sinergitas guna menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan untuk mendukung daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional itu dilakukan pada demplot cabai merah seluas 1 hektar milik kelompok tani (Poktan) Hasaradodo di Desa Somi, Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (12/5/2023).
Kepala Unit Data Statistik dan Kehumasan, Muhammad Fajar Andrianto, mewakili Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Sibolga, Yuliansah Andrias, mengatakan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP) menjadi langkah komitmen bersama untuk mengoptimalkan langkah-langkah pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional.
Kegiatannya mencakup Replikasi Model Bisnis Pengembangan Klaster, Implementasi budidaya pertanian organik menggunakan MA-11 yang bertujuan juga untuk menghemat biaya pemupukan serta meningkatan produktivitas, serta potensi implementasi Kerja Sama Antar Daerah (KAD) Kabupaten Nias dan Kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Gunungsitoli.
"Setelah implementasi demplot cabai merah di Poktan Hasaradodo, selanjutnya akan dilakkukan penguatan kelembagaan, sehingga mindset anggota Poktan tidak hanya bertani melainkan mampu memiliki aspek kewirausahaan guna meningkatkan kesejahteraan petani ke depannya," tukas Fajar, usai melakukan penanaman perdana didampingi Kepala Dinas (Kadis) Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan, Kadis Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan serta Ketenagakerjaan, Kepala Dinas (Kadis) Sosial, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Perlindungan Anak, Camat Gido, dan perwakilan anggota Poktan Hasaradodo.
Implementasi budidaya pertanian cabai merah organik menggunakan MA-11 yang menjadi simbol dukungan BI Sibolga dalam menahan laju inflasi serta meningkatkan ketahanan pangan di Nias ini diharapkan menjadi role model bagi kelompok tani lainnya yang ada di Kabupaten Nias. Sehingga produktivitas cabai merah di Nias semakin meningkat guna memperkuat penyediaan pasokan komoditas hortikultura di Kabupaten Nias.
Bahkan sebelumnya juga, bank plat merah milik pemerintah Indonesia ini telah melaksanakan program klaster usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) produsen komoditas unggulan daerah maupun komoditas ekspor bekerja sama dengan pemerintah daerah (Pemda) maupun dinas terkait lainnya sejak 2006.
Program ini bertujuan untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui peningkatan kinerja UMKM yang tergabung dalam klaster, meliputi proses usaha tani dari hulu sampai hilir, antara lain dari aspek budidaya, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran produk.
Kemudian, sejak 2014, pengembangan klaster lebih difokuskan pada komoditas yang mendukung ketahanan pangan, komoditas berorientasi ekspor, dan komoditas sumber tekanan inflasi/volatile food (vf).
Menurut Fajar, hal ini sebagaimana tindaklanjut arahan presiden dalam rapat koordinasi nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2022, serta sinergi High Level Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah (Rakorpusda) dan GNPIP 2022, sehingga BI Sibolga bersama TPID aktif bersinergi melakukan program GNPIP.
"Adapun program GNPIP 2023 memiliki tujuh program unggulan, salah satunya adalah dukungan memperkuat ketahanan komoditas hortikultura dan pangan strategis lainnya melalui Implementasi Best Practices Pengembangan Klaster Pangan dari hulu ke hilir.
Implementasi dimaksud diharapkan menghasilkan stabilitas harga dan ketahanan pangan untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi," pungkas Fajar. (jhonny simatupang)