![]() |
Ketua APTISI Sumut Rektor UNPAB M. Isa Indrawan. (foto:mm/ist) |
Pertemuan sekaligus berdiskusi seputar berbagai persoalan yang dihadapi Perguruan tinggi saat ini dan ke depan, demi kemajuan pendidikan bangsa dan negara ini, di Grand Kanaya Hotel, Selasa (5/12/2023).
Tampak hadir Ketua Aptisi Pusat Prof Budi Djatmiko, Rektor UNPAB M. Isa Indrawan, Rektor Putra Abadi Langkat Sampurna Tarigan Mkes, Rektor UMA Prof Dadan, Rektor UMSU Prof Agussani dan para rektor universitas dan pimpinan perguruan tinggi di Sumut, serta sekretaris Suprianto dan bendahara Siti Nurmawan.
Ketua APTISI Sumut M Isa Indrawan mengatakan, penerimaan mahasiswa mandiri di perguruan tinggi yang memakai batch 1, batch 2 dan seterusnya, serta bergesernya universitas terbuka ke wilayah perkotaan sangat berdampak terhadap pertumbuhan perguruan tinggi swasta secara nasional.
Pertemuan ini, sambung Isa, untuk menyerap aspirasi dari pimpinan perguruan tinggi di Sumatera Utara, terkait permasalahan yang ada juga isu-isu yang terkini.
Hal ini mengingat jumlah mahasiswa 75 persen itu adanya di perguruan tinggi swasta di Indonesia dan jumlah perguruan tinggi swasta di Indonesia berjumlah hampir 4.000 kampus, khusus Sumatera Utara terdapat 205 perguruan tinggi.
“Dalam kesempatan ini kami manfaatkan untuk sharing dengan Ketua APTISI Pusat Prof Budi Djatmiko untuk memberikan masukan-masukan apa yang akan disampaikan ke kementerian dan beliau biasanya memberikan tips-tips bagaimana efektif dan efisiensi pengelolaan perguruan tinggi swasta di Indonesia. Nantinya rekomendasi hasil pertemuan selain akan disampaikan ke Kementerian dan juga pada pleno-pleno APTISI nantinya,” kata Ketua DMDI Sumut M. Isa.
Sementara itu Ketua APTISI Pusat Prof Budi Djamiko mengatakan, saat ini banyak permasalahan PT khususnya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang tidak bisa diselesaikan dengan cepat. Hal itu karena terbentur dengan UU dan Permen, serta kecepatan penyelesaiannya.
“Mungkin akibat banyaknya PR masa lalu di Kemenristekdikti atau kurang memperhatikan slogan presiden ‘Kerja, Kerja, Kerja’ yang masih diselesaikan secara manual, padahal sudah zaman digital,” tutur Budi. (mm/rel)